Cari...


Selasa, 27 November 2012

SPSS dalam Monitoring dan Evaluasi Penerapan Standard Operating Procedure (SOP)

Oleh:

Mohamad Rojana Hamdan, ST., MM.
 


1.Pendahuluan
Dalam upaya menghasilkan Standard Operating Procedure (SOP) yang memenuhi kriteria dan sesuai harapan serta mampu menunjang tujuan Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah, maka SOP yang disusun perlu melalui tahapan monitoring dan evaluasi.
Metode monitoring dan evaluasi yang digunakan untuk menilai SOP adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Ditinjau berdasarkan sumber data yang akan dihimpun dan dianalisis maka termasuk dalam katagori data primer karena dihimpun di lingkungan LKPP sesuai pelaksanaan yang selama ini dilakukan di objek yang diamati. Dan dari hasil analisis deskriptif akan dilanjutkan dengan analsis kesenjangan (gap analysis) untuk mengetahui kesenjangan antara target paling optimal yang bisa dicapai dengan realisasi pencapaiannya.
Pelaksanaan monitoring dan evaluasi diawali dengan penyusunan instrumen sesuai literatur dan pendekatan berdasarkan materi pembinaan teknis yang telah diberikan oleh pihak Menpan. Instrumen yang digunakan terdiri dari sejumlah indikator yang berkaitan dengan mutu baku.
Oleh karena itu instrumen yang baik untuk melakukan monitoring dan evaluasi SOP harus menggunakan indikator-indikator sesuai mutu baku yang ada pada SOP yang terdiri dari kelengkapan proses, peralatan, waktu dan pencapaian output.
Dalam hal ini tidak dilakukan pembobotan (weighted) terhadap masing-masing indikator sehingga menghasilkan nilai maksimum 1 (100%). Sedangkan, nilai total yang dihasilkan dari seluruh indikator dapat menghasilkan nilai maksimum 100 jika dinyatakan dalam skor dan/ atau nilai maksimum 5 jika dinyatakan dalam angka indeks ber-skala ordinal dengan kriteria berikut:
-Skala 5 diartikan Sangat Baik
-Skala 4 diartikan Baik
-Skala 3 diartikan Cukup
-Skala 2 diartikan Kurang
-Skala 1 diartikan Sangat Kurang
 
Setelah itu dilakukan Uji validitas atau realiabilitas terhadaap data primer yang dihimpun menggunakan instrumen pengumpulan data. Tujuannya untuk mengetahui apakah kuesioner yang digunakan dinilai reliabel sebagai alat untuk menghimpun data, dan apakah tiap-tiap indikator dapat dinilai valid sehingga data yang dihasilkan layak untuk dianalisis lebih lanjut. Berikut adalah hasil uji realiabiiliitas dan validitas yang telah dilakukan.

2.Uji Realibilitas
Pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS, dalam hal ini hasil pengujian dikatakan reliabel apabila nilai Cronbach's Alpha > r Tabel. Berikut adalah hasil pengujian reliabilitas: Dalam hal ini pada N = 11 SOP sehingga df = 9 (11-2) pada tingkat kepercayaan yang dipergunakan adalah 95% diperoleh rtabel=0.521. Dari hasil pengujian reliability diperoleh nilai Cronbach's Alpha sebesar 0.747 yang lebih tinggi dari r tabel (0.521), dengan demikian dapat dinyatakan bahwa SOP untuk Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi adalah reliable/ andal.

3.Uji Validitas
Pada pengujian validitas pun dilakukan dengan menggunakan SPSS. Hasil pengujian dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Berikut adalah hasil pengujian validitas. Pada pengujian ini df = 9 (11-2) pada tingkat kepercayaan 95% diperoleh rtabel = 0.521. Dari hasil pengujian diketahui seluruh indikator mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel (0.521) sehingga seluruh SOP Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi ditinjau dari keempat indikator tersebut, yaitu Kelengkapan Proses, Peralatan, Waktu dan Output dinyatakan valid secara statistik/ berdasarkan hasil wawancara.

4.Penentuan Gap (Kesenjangan)
Dengan pertimbangan karena pada survey ini yang akan dianalisis adalah gap (kesenjangan) maka nilai gap antara target dengan aktual pencapaian perlu ditentukan dengan rumus gap.

5.Target Pencapaian
Untuk menilai kesenjangan (Gap) apakah masih dinilai sesuai atau tidak, maka perlu diketahui nilai kritis sebagai batas target kesesuaian. Berdasarkan check sheet penilaian simulasi diperoleh batas target pencapaian untuk seluruh SOP Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi adalah 87.50 jika dinyatakan dalam nilai skor dan/ atau 4.38 jika dinyatakan dalam indeks, dengan target kriteria pencapaian Sangat Baik. Adapun penentuan kriteria tersebut diperoleh dengan melakukan monitoring ke Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi, mengamati pelaksanaan pekerjaan dari setiap pelaksana dan menilai kesesuaian berdasarkan indikator Kelengkapan/ Kesesuaian Proses, Peralatan, Waktu dan Ouput yang bisa dicapai.

6.Monitoring dan Evalusi SOP Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi
Dalam pelaksanaannya kegiatan monitoring dilakukan dengan pengamatan langsung dan wawancara. Hasil yang diperoleh dari monitoring dapat berupa catatan dan data-data yang akan di-evaluasi. Dari hasil Monev diketahui ada dua SOP dengan kriteria “sangat kurang”, yaitu “SOP Survailen” dengan nilai 1.14 dan “SOP Asesmen Lapangan” dengan nilai 1.65 sehingga untuk kelompok SOP ini dinilai tidak valid dan perlu dilakukan revisi. Pada tabel pun diketahui ada satu SOP dengan kriteria “kurang”, yaitu “SOP Asesmen Pendahuluan“ dengan nilai 1.81 sehingga SOP ini dinilai tidak valid dan perlu dilakukan revisi. Pada tabel pun diketahui ada satu SOP dengan kriteria “cukup”, yaitu “SOP Permintaan Pelatihan“ dengan nilai 3.19 SOP ini bisa dikatakan valid namun SOP ini pun masih perlu banyak dilakukan revisi. Pada tabel pun diketahui ada dua SOP dengan kriteria “baik”, yaitu “SOP Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan di LPP” dengan nilai 3.75 dan “SOP Penyusunan Kurikulum Pelatihan” dengan nilai 3.80 sehingga untuk kelompok SOP ini bisa dikatakan valid namun SOP ini pun masih perlu dilakukan revisi. Pada tabel pun diketahui ada lima SOP dengan kriteria “sangat baik”, yaitu “SOP Penyusunan Modul Pelatihan” dengan nilai 4.38, “SOP Penerbitan Surat Tugas” dengan nilai 4.38, “SOP Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan Triwulan di LPP” dengan nilai 4.38, “SOP Analisis Hasil Evaluasi Pelatihan di LPP” dengan nilai 4.38 dan “SOP Quality Assurance Bahan Pelatihan Dari Pihak Luar” dengan niai 4.38 sehingga kelompok SOP bisa dikatakan valid namun beberapa SOP ini pun masih perlu dilakukan revisi (editorial). Dalam hal ini untuk melihat indikator-indikator mana yang dinilai tidak valid maupun valid dapat dilihat pada bagian lampiran.

7.Analisis Kesenjangan (Gap Analisys)
Dari Monev diperoleh Indeks hasil evaluasi pelaksanaan SOP di Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi adalah 3.38 namun apabila diperhitungkan dengan menilai indikator-indikator yang dipersyaratkan yaitu kelengkapan proses dan mutu baku, maka target pencapaian ideal adalah 4.38 dengan kata lain terjadi gap sebesar -22.68%. Selanjutnya untuk menilai gap sebesar 22.68% masih bisa dinilai ideal atau tidak, maka dapat ditentukan dengan menggunakan SPSS melalui analisis “statistical quality control” untuk menentukan nilai kritis batas ideal. Dengan teknik ini diperoleh nilai kritis penentu batas ideal adalah 22.68%. Oleh karena itu berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi SOP di Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi, dengan diperoleh tingkat kesenjangan sebesar 22.68% maka pelaksanaan SOP di Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi masih bisa dinilai dalam batas ideal. Selanjutnya diketahui bahwa ada empat SOP dengan kesenjangan/ gap tidak ideal yaitu: SOP Survailen, SOP Asesmen Lapangan, SOP Asesmen Pendahuluan dan SOP Permintaan Pelatihan. Dengan demikian berdasarkan hasil analisis kesenjangan (gap analisis) karena keempat SOP tersebut karena dinilai tidak ideal maka perlu direvisi.

8.Analisis Prioritas Untuk SOP Direktorat Bina Pelatihan Kompetensi
Dalam Mengurangi Kesenjangan Dalam Pelaksanaan Hasil dari evaluasi ini perlu diidentifikasi lebih lanjut untuk mengetahui SOP mana yang dinilai sebagai prioritas untuk ditindaklanjuti. Penentuan prioritas dapat dilakukan dengan menggunakan grafik kartesius yang terbagi atas 4 kwadran. Setelah dilakukan analisis diperoleh hasil sebagai berikut:
a.Kuadran A menunjukan bahwa kelompok SOP yang berada dalam kuadran ini perlu mendapat perhatian sebagai prioritas karena keberadaan SOP tersebut dinilai penting secara target, namun pelaksanaannya tidak pada tingkat yang diharapkan. Adapun kelompok SOP yang perlu mendapat perhatian prioritas utama untuk di-revisi, sesuai dengan nomor urut yang digunakan adalah: 5) SOP Asesmen Pendahuluan, 6) SOP Asesmen Lapangan dan 7) SOP Survailen.
b.Kuadran B menunjukkan bahwa kelompok SOP pada kwadran ini dinilai penting secara target dan sudah dilaksanakan pada tingkat pelaksanaan yang relatif baik. Dengan demikian pelaksanaan yang berkaitan judul-judul SOP pada kwadran B perlu terus dipertahankan. Adapun judul-judul SOP pada kelompok ini adalah: 1) SOP Penyusunan Kurikulum Pelatihan, 2) SOP Penyusunan Modul Pelatihan, 3) SOP Permintaan Pelatihan, 4) SOP Penerbitan Surat Tugas, 8) SOP Persiapan Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan Triwulan di LPP, 9) SOP Pelaksanaan Evaluasi Pelatihan di LPP, 10) SOP Analisis Hasil Evaluasi Pelatihan di LPP dan 11) SOP Quality Assurance Bahan Pelatihan Dari Pihak Luar.

Untuk Informasi Jasa Konsultansi / Pelatihan SOP atau SPSS
Hubungi:
PT. Solusi Bina Utama
Jl. Pahlawan Komarudin II No 63 Jakarta Timur
021-4807678 (Office)
021-4807678 (Fax)
021-83316010 / 085881153889 (Mobile)

Email : solusibinautama@live.com

Recent Viewers