Cari...


Kamis, 22 Januari 2009

Seputar Audit TI dan Berbagai Risikonya


Pendahuluan

Beberapa waktu lalu beberapa bank besar mengalami pembobolan transaksi perbankan. Hal ini menunjukkan betapa canggihnya para pelaku kejahatan yang berusaha untuk menembus ataupun menggunakan kode-kode rahasia nasabah perbankan yang berpengaruh kepada hal-hal yang merugikan nasabah dan bank itu sendiri. Kusus yang terjadi di bank local dapat kita lihat di Bank BNI tahun 1987 dengan raibnya dana di Bank BNI New York sebesar 18 juta dolar AS dan terakhir di bulan November 2003 terjadi raibnya sebesar Rp 1,7 Trilyun di Bank BNI Kebayoran Baru. Dan hal menarik yang dapat dikembangkan dari sudut pengendalian / audit dalam penerapan e-banking di industri perbankan bagaimana teknologi IT yang menerapkan dapat secara aman dan terkendali diterapkan serta memberikan jaminan perlindungan nasabah dan pihak bank yang melibatkan peran bank sentral / otoritas moniter untuk pengawasan.

Dalam hal ini perlu dipahami mengenai dasar acuan dan metode-metode audit TI pada perbankan yang menerapkan system e-banking terkait dengan aspek security. Selanjutnya selaku otoritas moneter dan juga asosiasi pemilik bank dihaparpkan dapat mewujudkan kegiatan perbankan yang telah menerapkan e-banking secara aman, cepat dan akurat serta dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan pemilik Bank yang dalam hal ini digunakan bank Permata.

Dari hasil audit TI yang disampaikan oleh tim auditor diketahui bahwa hasil penilaian pelaksanaan audit TI di Bank Permata, masih dalam katagori Fair dengan nilai 72.67% (di antara 50.00% s/d 75.00%).

Dari hasil penilaian yang didapat Bank Permata artinya beberapa elemen sistem telah sesuai dengan standar system manajemen mutu ISO 9001-2000, tetapi masih ada bagian yang penting dari sistem mutu yang belum sesuai dengan standar tersebut atau bahkan tidak ada sama sekali. Temukan dengan tepat area tersebut dan terapkan sistem/standar yang diminta. Sebagai petunjuk tambahan dapat digunakan petunjuk (manual) resmi seperti ISO 9001-2000 atau dapatkan pelayanan dari para ahli/konsultan ISO 9001-2000.

Gambaran topologi sambungan antara pelanggan / user ke situs e-Banking dapat berupa kelompok jaringan. Pengguna akan menggunakan komputernya yang biasanya tersambung ke LAN di kantor. LAN di kantor biasanya tersambung ke Internet melalui Router (kemungkinan Router ADSL) ke Internet. Situs e-banking biasanya tersambung langsung ke Internet dan dapat berlokasi di hosting provider, atau di bank itu sendiri.

Serangan di Internet ada beberapa jenis serangan yang dapat terjadi pada seseorang yang sedang mengakses Internet, seperti:
Social Engineering, Viruse/Trojan/Spyware, Denial of Service (DoS), Sniffing, IP Spoofing, Worm, Replay Attack, Man In The Middle.

Serangan spesifik pada masing-masing komponen jaringan dapat di sederhanakan sebagai berikut, serangan pada computer pengguna akan banyak berupa virus, Trojan, spyware, keylogger. Biasanya kondisi ini akan lebih parah lagi pada computer di WARNET yang menggunakan system operasi Windows.

Serangan pada jaringan LAN, biasanya berupa Sniffing, Spoofing, Man in the middle Attack. Mungkin relative aman untuk di kantor, yang lingkungannya relative terkontrol. Akan tetapi di WARNET, biasanya kondisinya akan parah – apalagi jika banyak orang yang suka mengakses situs porno dll. Di situ sumber berbagai software yang tidak baik yang ada di Internet.
Di Internet, kondisinya juga tidak berbeda jauh dengan LAN di WARNET, biasanya di tambah dengan berbagai kemugkinan serangan lainnya seperti replay attack dll. Serangan pada server yang relative secure biasanya lebih banyak berupa usaha untuk mematikan server / jaringan pada server tersebut agar tidak dapat berfungsi (Denial of Service), melalui flood paket, worm, dan lain-lain.
Serangan secara computer biasanya dapat ditangani dengan relative mudah jika kita cukup berpengetahuan dan disiplin. Akan tetapi serangan yang bersifat non-IT serangan kepada manusia dalam bentuk “Social Engineering” akan sangat berbahaya sekali. Hal ini perlu di hayati oleh semua pengguna e-banking.

Sistem yang baik adalah sistem yang baik adalah sistem bisa memahami kelemahannya. Dalam hal ini karena adanya penggunaan IT resiko yang ada harus diminimalisasi. Sebagai upaya kea rah tersebut, dilakukan dengan upaya meminimalisasi kemungkinan serangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan enkripsi, dalam hal ini SSL 128bit yang sangat aman dari sniffer. Akan tetapi serangan seperti virus, Trojan, spyware di computer pengguna dan “social engineering” masih harus di hadapi di sisi penguna.
Firewall dapat di pasang di server. Akan tetapi, serangan berupa Distributed Denial of Service (DDOS), Flooding akan tetap menghantui server. Koordinasi dengan upstream provider menjadi penting. Intrusion Detection & Prevention System biasanya di instalasi di server. Untuk mendeteksi adanya serangan dari luar. Biasanya menggunakan finger print packet serangan untuk mendeteksi adanya serangan tersebut.
Pertahanan di sisi teknologi Informasi akan bertambah sulit di tembus jika di tambahkan lapisan pertahanan tambahan disisi proses transaksi. Pada Bank Permata e-Business, tambahan proteksi pada proses transaksi meliputi Penggunaan User ID and Password Tingkat Kewenangan, dengan tingkatan sebagai berikut:
System administrator, yang melakukan pendaftaran untuk seluruh pengguna yang menggunakan fitur dari Permatae-Business Maker, yang melakukan proses pembuatan atas transaksi Verifier, yang melakukan proses pemeriksaan atas transaksi Approver, yang melakukan proses persetujuan atas transaksi. Persetujuan transaksi dilakukan oleh lebih dari 1 orang dan secara berjenjang TIN & Token untuk Approver. Teknik Token merupakan teknik security One Time Password (OTP) yang hanya memungkinkan sebuah password digunakan satu kali saja, perhitungan password dilakukan menggunakan challenge-responds. Limit transaksi dan limit akses per fitur Audit trail melalui Permatae-Business.

Senin, 19 Januari 2009

Contoh Laporan Analisis Kepuasan Karyawan (Ringkasan)

LAPORAN SURVEY KARYAWAN PT. NOCO NO TAIKO INDONESIA TAHUN 2008
(Dalam tulisan pada blog ini tidak ditampilkan tabel-tabel pendukungnya, namun bagi pembaca yang membutuhkannya sebagai referensi akan dikirim by email silahkan hub. 085881153889)

Tujuan
Survey ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kepuasan karyawan dalam bekerja serta mengetahui penilaian karyawan terhadap kebijakan yang selama ini telah dijalankan pihak manajemen. Dengan demikian hasil dari survey ini dapat memberikan masukan bagi manajemen PT. NOCO NO TAIKO Indonesia dalam menentukan kebijakan terutama yang berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas karyawan.

Hasil Kegiatan Survey
Dari jumlah kuesioner yang diserahkan kepada responden yang sebelumnya telah ditentukan dengan jumlah 171 orang yang dipilih. Selanjutnya berdasarkan data yang terhimpun, terlebih dahulu dilakukan penentuan demografi atas responden.

Deskripsi Data Responden
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis kelamin
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok jenis kelamin karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki. Responden laki-laki sebanyak 136 orang (79.53%), sedangkan selebihnya merupakan responden perempuan sebanya 35 orang (20.47%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok usia karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada 2 kelompok usia, yaitu usia kurang dari 31 tahun dengan jumlah 50 orang (29.24%), dan kelompok usia antara 31-35 tahun dengan jumlah 50 orang (29.24%). Berikutnya adalah kelompok usia antara 36-40 tahun dengan jumlah 44 orang (25.73%) dan yang terakhir adalah kelompok usia lebih dari 40 tahun dengan jumlah 27 orang (15.79%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Lama Bekerja Karyawan
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok lama bekerja karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok dengan lama bekerja antara 1-2 tahun dengan jumlah 72 orang (42.11%), lalu kelompok dengan lama kerja kurang dari 1 tahun dengan jumlah 51 orang (29.82%). Berikutnya adalah kelompok dengan lama kerja antara 3-5 tahun dengan jumlah 25 orang (14.62%), lalu kelompok dengan lama kerja lebih dari 6 tahun dengan jumlah 22 orang (12.87%) dan perlu diketahui juga bahwa dari tinjauan berdasarkan kelompok lama bekerja ditemui 1 orang (0.58%) tidak diketahui lama kerjanya.

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Lokasi Kantor
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok lokasi kantor.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok lokasi kantor di Cepu dengan jumlah 84 orang (49.12%), lalu kelompok dengan lokasi kantor di Bintan dengan jumlah 53 orang (30.99%). Berikutnya adalah kelompok dengan lokasi kantor di Balik Papan jumlah 24 orang (14.04%), lalu kelompok dengan lokasi kantor di Surabaya dengan jumlah 6 orang (3.51%) dan yang terakhir adalah kelompok lokasi kerja di Shakalin dengan jumlah 4 orang (2.34%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Departemen Tempat Karyawan Bekerja
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok departemen dimana karyawan bekerja.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok departemen D&E dengan jumlah 94 orang (54.97%), lalu berturut-turut seperti pada tabel ditinjau dari kelompok berdasarkan departemen jumlah responden yang terkecil adalah dari BD dengan jumlah 1 orang (0.58%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Disiplin
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok departemen dimana karyawan bekerja.
Dari Tabel ini terlihat bahwa sebagian besar responden adalah dari kelompok disiplin Struscture dengan jumlah 25 orang (14.62%), lalu berturut-turut seperti pada tabel ditinjau dari kelompok berdasarkan disiplin jumlah responden yang terkecil terdiri dari kelompok BD, D&E, Procurement, PS, SHE dan SHEQ dengan jumlah masing-masing 1 orang (0.58%).

Pengujian Data
Pengujian terhadap suatu kelompok data yang diperoleh perlu dilakukan dengan tujuan untuk memahami apakah data yang digunakan valid dan reliabel sebagai dasar untuk melakukan analisis. Selain itu juga dilakukan pula penilaian seberapa besar partisipasi responden dalam menghasilkan data tersebut.
Uji Validitas dan Realibilitas
Pada penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0. Skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala ordinal dengan menggunakan korelasi Pearson. Hasil pengujian dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Pada df = 160 pada tingkat kepercayaan yang dipergunakan adalah 95% diperoleh rtabel=0.1012. Dari data yang diuji terlihat seluruh pertanyaan (pertanyaan 1-38) mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel (0.1012) dengan demikian seluruh data tersebut dinyatakan valid.
Pada uji reliabilitas data diperoleh = 0.740 yang menunjukkan adanya korelasi yang erat (reliabel). Ketentuannya, jika di atas 0.7 menunjukkan adanya korelasi yang erat antara jawaban untuk masing-masing pertanyaan dengan dengan ukuran kepuasan yang digunakan.

Tingkat Partisipasi Responden
Untuk mengetahui tingkat partisipasi responden dilakukan dengan mengitung banyaknya jawaban responden untuk tiap-tiap pertanyaan pada kuesioner lalu dibandingkan dengan jumlah jawaban yang semestinya, atau sama dengan jumlah seluruh responden.
Dari pengujian diketahui tidak ada pertanyaan dengan tingkat partisipasi di bawah 97%. Dengan demikian masih memenuhi tingkat kepercayaan 95% (a = 0.05).

Penentuan Kriteria Hasil
Pada survey ini perihal data dinyatakan dalam prosen (%) dengan alasan lebih mudah untuk dipahami. Konsep perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nilai Aktual
Penilaian (%) = _____________________ x 100%
Nilai Maksimum

Dimana:
Nilai Aktual adalah jumlah nilai yang didapat dari pilihan jawaban kuesioner yang diisi oleh responden untuk suatu grup pertanyaan. Nilai Maksimum adalah jumlah nilai yang paling maksimum untuk suatu grup pertanyaan.

Contoh:
Dari suatu grup pertanyaan diperoleh hasil jawaban seorang responden sebagai berikut.

Grup Pertanyaan
P1 P2 P3 Total Nilai Aktual
3 4 2 9

Grup Pertanyaan
P1 P2 P3 Total Nilai Maksimum
4 4 4 12

Maka penilaian untuk hasil jawaban responden tersebut adalah:
9
Nilai (%) = ______ x 100% = 75%
12

Batasan Standar (Target) Untuk Tingkat Kepuasan Karyawan
Dalam hal ini untuk kegiatan survey ini, pihak manajemen melalui manajer SDM menetapkan batasan standar untuk tingkat kepuasan adalah 70%. Hal ini berarti:
· jika nilai jawaban responden atau karyawan di bawah nilai 70% maka pihak responden atau karyawan tersebut memberikan penilaian tidak puas terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
· jika nilai jawaban responden atau karyawan di bawah nilai 70% maka pihak responden atau karyawan tersebut memberikan penilaian tidak puas terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penilaian Terhadap Tingkat Kepuasan Karyawan
Pada survey ini data-data yang digunakan sebagai dasar analisis diperoleh dari jawaban para karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan jawaban dari 171 karyawan diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada tabel 5 diketahui nilai kepuasan secara keseluruhan adalah 69.75% artinya secara aktual pencapaian nilai kepuasan ini walau pun berbeda tipis tetapi masih di bawah target yang ditentukan oleh pihak manajmen yaitu 70%. Nilai ini dapat dipandang sebagai refleksi kepuasan karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia. Nilai kepuasan dapat ditentukan karena adanya akumulasi jawaban dari grup pertanyaan 1 s/d 9 dengan jumlah pertanyaan sebanyak 37 pertanyaan. Dengan demikian proporsi nilai kepuasan ditinjau dari masing-masing grup pertanyaan dapat diketahui.
Dari grafik tersebut diketahui bahwa grup pertanyaan yang memberikan nilai kepuasan tertinggi adalah grup pertanyaan nomor (1) mengenai Pandangan terhadap PT. NOCO NO TAIKO Indonesia (NTI) dengan nilai 73.57%.
Sedangkan poin pertanyaan menghasilkan nilai kepuasan terendah adalah grup pertanyaan nomor (6) mengenai Pandangan terhadap Pelatihan dan Pengembangan, dengan nilai 65.52%.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Departemen
Dari grafik diketahui karyawan di departement BD memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 79.05%. Sedangkan kelompok karyawan yang memberikan nilai kepuasan terendah adalah departemen BS dengan nilai 67.09%. Pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan komposisi seluruh departemen adalah 69.75%.
Guna memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Disiplin
Dari data yang dihimpun diketahui karyawan pada disiplin BD memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 79.05%. Sedangkan kelompok karyawan yang memberikan nilai kepuasan terrendah adalah planning dengan nilai 61.26%. Sedangkan pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan pencapaian kepuasan karyawan PT. NTI adalah 69.75%.

Sebagai upaya memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:
Dari tabel di atas, terlihat ada 13 kelompok disiplin dengan nilai kepuasan di bawah 70% seperti pada tabel di atas. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang harus lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi disiplin.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Lokasi
Dari data tabel dan grafik diketahui karyawan yang bertempat kerja di Shakalin memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 75.68%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang berlokasi di Surabaya dengan nilai 64.98%. Sedangkan pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan pencapaian kepuasan karyawan PT. NTI adalah 69.75%.

Guna memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Dari data terlihat ada tiga kelompok lokasi dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu Bintan, Surabaya dan Cepu. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing lokasi perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lokasi.

Pencapaian Nilaian Kepuasan Karyawan Ditinjau Dari Komposisi Lama Bekerja
Dari data yang ada diketahui karyawan yang telah bekerja antara 3 s/d 5 tahun memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 70.84%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang telah bekerja lebih dari 5 tahun masa kerja dengan nilai 67.91%.

Sebagai upaya memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Dari data yang ada diketahui dua kelompok karyawan berdasarkan lama kerja dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu kelompok 1 s/d 2 tahun dan lebih dari 5 tahun. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Usia. Dari data yang dihimpun diketahui karyawan yang telah berusia antara 36 s/d 40 tahun memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 71.33%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang berusia kurang dari 31 tahun dengan nilai 68.18%.

Dari tabel di atas, terlihat ada dua kelompok karyawan berdasarkan usia dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu kelompok lebih dari 40 tahun dan kurang dari 31 tahun. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Jenis Kelamin
Dari grafik diketahui karyawan Pria memberikan penilaian kepuasan karyawan lebih tinggi dengan nilai 70.27%. Sedangkan kelompok karyawan wanita memberikan nilai kepuasan lebih rendah dengan nilai 67.74%. Sedangkan rata-rata pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan jenis kelamin karyawan adalah 68.35%.

Dari tabel di atas, terlihat karyawan dengan jenis kelamin wanita yang menilai kepuasan di bawah 70%. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Analisis Kelompok Pertanyaan
Dari data yang telah dihimpun dari hasil pengisian kuesioner oleh para responden dapat ketahui penilaian untuk masing-masing kelompok pertanyaan yang dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebagai berikut:

Kelompok Pertanyaan I
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan I

Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan I masih di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan II
Gambar 11
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan II


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan II hanya pertanyaan 2.2 dan 2.3 yang masih di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan III
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan III


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan III hanya pertanyaan 3.4 dan 3.5 di bawah nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan IV
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan IV


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan IV menunjukan hampir seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan kecuali pertanyaan 4.5.

Kelompok Pertanyaan V

Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan V


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan V menunjukan seluruhnya di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan VI
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VI


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VI menunjukan hampir seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan kecuali pertanyaan 6.3.

Kelompok Pertanyaan VII

Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VII


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VII menunjukan seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan VIII
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VIII


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VIII di atas nilai yang ditargetkan.

Analisis Persepsi Peningkatan Dari Tahun Lalu
Analisis peningkatan di PT. NTI pada survey ini dilakukan untyuk mengetahui pendapat responden yang mengikuti survey di tahun lalu dan tahun ini. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Dari hasil penilaian untuk kelompok pertanyaan no 9, diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan IX dari responden yang berjumlah 111 orang diperoleh nilai 70.05% dengan demikian di atas nilai yang ditargetkan. Oleh karena itu hal ini berarti responden menyetujui adanya perubahan di PT. NTI.

Masukan untuk Perbaikan dan Peningkatan
Dari hasil isian responden mengenai sarana atau fasilitas yang telah tersedia namun memerlukan perhatian, perbaikan dan/atau peningkatan, diperoleh gambaran sebagai berikut:

Fasilitas Yang Perlu Peningkatan
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden atau karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia memilih “Pembenahan Asuransi Kesehatan” sebagai fasilitas yang telah tersedia namun memerlukan perhatian, perbaikan dan/atau peningkatan. Mengenai Pembenahan Asuransi Kesehatan dipilih oleh 41 orang responden dengan nilai 96, lalu secara berturut-turut berikutnya adalah “Peningkatan Gaji/tunjangan” dipilih oleh 19 orang responden dengan nilai 44 dan penbenahan “Perlengkapan Kerja Termasuk Komputer” dipilih oleh 12 orang dengan nilai 24..

Sedangkan mengenai sarana atau fasilitas yang belum tersedia dan perlu disediakan, diperoleh gambaran sebagai berikut:

Fasilitas Yang Perlu Disediakan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atau karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia memilih “Pinjaman Dari Perusahaan” sebagai fasilitas yang perlu disediakan. Mengenai Pinjaman Dari Perusahaan dipilih oleh 14 orang responden dengan nilai 34 lalu secara berturut-turut berikutnya adalah “Family Gathering” dipilih oleh 13 orang responden dengan nilai 30 dan penbenahan “Program Pensiun” dipilih oleh 11 orang dengan nilai 24.

Kamis, 08 Januari 2009

Mengukur Kinerja Keuangan dan Analsis Diskriminan

Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode Diskriminan

Oleh:

Mohamad Rojana Hamdan, ST., MM.
(The Operation)

Grade V

Bina Solusi
(Dipublikasikan Dengan Seijin PT. CHS Jakarta Timur)




Latar Belakang
Pada saat PT. CHS adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam beberapa bidang usaha antara lain, perdagangan dan konstruksi/instalasi. Pada bidang perdagangan, PT CHS menangani ekspor, impor, dan distribusi kebutuhan industri. Di bidang ini PT CHS melayani pengadaan kabel, panel, instrumen, dan bahan kimia.
Dengan adanya krisis ekonomi global, PT. CHS masih tetap bertahan walaupun masih agak sulit untuk dapat meraih penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian menurut manajemen PT. CHS hal ini mulai mengkhawatirkan. Pada kesempatan selanjutnya pihak PT. CHS menghubungi kami (Kantor Bina solusi) untuk mengkonsultasikan perihal pengukuran kinerja keuangan di perusahaan tersebut di saat terjadi krisis ekonomi Global. Satu hal diharapkan pihak manajemen PT. CHS adalah mengenai pengukuran kinerja yang menetapkan satu indikator penilaian dan ditentukan berdasarkan iklim yang ada saat ini di Indonesia.
Selanjutnya, dengan ketentuan tersebut kami menentukan metode analisis diskriminan sehingga perlu melibatkan sejumlah perusahaan sejenis yang dalam hal ini dipilih industri sejenis untuk wilayah JABODETABEK sebagai dasar penentuan model. Dan dengan bantuan pihak manajemen PT. CHS kami berhasil memperoleh data-data yang diperlukan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah untuk PT. CHS pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Sejauh manakah kinerja keuangan yang telah dicapai PT. CHS pada saat ini?
  2. Faktor manakah yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PT. CHS dan industri sejenisnya di kawasan JABODETABEK?

Tujuan
Dengan merujuk permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kinerja keuangan yang telah dicapai PT. CHS pada saat ini.
  2. Untuk mengetahui faktor yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PT. CHS dan industri sejenisnya di kawasan JABODETABEK.

Metode Analisis
Landasan dari penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan yang terdiri atas rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktifitas. Ketiga jenis rasio tersebut akan di-implemantasikan dalam bentuk model linier. Lebih lanjut mengenai rasio-rasio yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio likuiditas (X1)
Rasio ini merupakan rasio ini mendeteksi likuiditas berdasarkan rasio total aktiva dan posisi modal kerja (X1) dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan dapat menggunakan indikator-indikator internal dan beberapa indikator lainnya. Indikator internal mencakup, ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal (harta kekayaan) menurun, penambahan utang yang tak terkendali. Pada umumnya, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan modal kerja nilai Z akan turun lebih cepat daripada total aktiva yang menyebabkan rasio ini turun.

Rasio Profitabilitas
Rasio ini dalam model disini ada dua, yaitu :
Rasio Profirabilitas I (X2)
Rasio Laba Ditahan dibandingkan dengan Total Aktiva (X2). Rasio ini mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan. Semakin muda umur perusahaan semakin sedikit memiliki waktu untuk membangun laba kumulatif. Perusahaan yang mulai merugi akan mengalami penurunan nilai Z dari total laba ditahan.
Rasio Profitabilitas II (X3)
Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak dibandingkan dengan Total Aktiva (X3). Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu menghitung tingkat pengembalian aktiva dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Selain itu, rasio ini berguna sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana pinjaman. Apabila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, itu berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

Rasio Aktivitas
Rasio ini dalam penelitian ini ada dua yaitu:
Rasio Aktivitas I (X4)
Nilai Pasar Ekuitas dibandingkan dengan Total Hutang (X4). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Sering juga rasio ini digunakan dalam bentuk persamaan Net worth/total debt untuk perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio utang per modal sendiri (DER). Nilai pasar ekuitas yang dimaksud disini adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu perkalian jumlah saham perusahaan dengan harga pasar per lembar sahamnya. Perusahaan-perusahaan yang gagal, pada umumnya, mengakumulasikan lebih banyak utang dibandingkan dengan modal sendiri.
Rasio Aktivitas II (X5)
Penjualan dibandingkan dengan Total Aktiva (X5) atau Total Asset Turn Over Ratio. Rasio ini menunujukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan atau menggambarkan berapa rupiah penjulan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva terlalu besar ketimbang kemampuan perusahaan untuk menjual.

Dalam bentuk model linier dapat dijabarkan sebagai berikut:

Z = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5


Data
Berikut adalah data yang diperoleh dari objek penelitian dan akan digunakan sebagai dasar analisis

Tabel 1. Data Keuangan





Tabel 2. Rasio Keuangan Kelompok Industri Sejenis








Analisis Data
Dari analisis yang telah dilakukan dengan memanfaatkan SPSS Ver. 15 diperoleh hasil model Z-Sebagai berikut:

Z=Y+2.444
Z= 1.571X2+7.736X3+0.199X4+0.856X5


Pada model tersebut terlihat rasio X1 tidak nampak pada model. Hal ini terjadi karena berdasarkan output dari SPSS rasio X1 dinyatakan tidak layak digunakan sebagai pembeda (discriminant). Sehingga pada model tidak dilibatkan rasio likuiditas, dengan demikian yang ada pada model adalah Rasio Profitabilitas dan Aktifitas.

Interpretasi
Untuk menentukan nilai Cut Off dari model Z dilakukan dengan menentukan nilai median. Sedangkan untuk menentukan batas-batas kriteria, hal ini dilakukan dengan mengukur penyimpangan maksimal yang terjadi antara nilai sampel dengan nilai Z. Berikut adalah hasil dari penentuan nilai Cut Off dan nilai batas-batas kriteria tersebut.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Dalam Menentukan Fungsi Linier Model Diskriminan


Dari tabel di atas diketahui bahwa dari perhitungan nilai median didapat nilai median sebesar 5,256, dengan demikian dapat ditentukan nilai cutt off adalah 5,256. Selanjutnya juga dapat diketahui nilai penyimpangan terbesar adalah sebesar 0.250 (26.56%). Dari hasil perhitungan diperoleh Upper limit adalah 5,505, sedangkan untuk Lower limit adalah 5,006

Selanjutnya dapat ditentukan batasan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Jika nilai Z lebih kecil dari 5.006 maka perusahaan dikatagorikan mempunyai kinerja keuangan belum baik. Dan jika nilai Z lebih besar dari 5,505, maka perusahaan dapat dikatagorikan mempunyai kinerja keuangan yang sudah baik.
Pada tabel 3 diketahui dan diprediksikan bahwa kinerja keuangan PT. CHS mempunyai Zhitung dan Zmodel. Zmodel dari PT. CHS diketahui juga karena PT. CHS pun merupakan sampel dari analisis. Namun pada dasarnya Z-Score yang digunakan adalah Zhitung karena yang akan digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada umumnya adalah Zhitung. Selanjutnya berdasarkan model yang didapat diketahui Z-Score­ (4,862) artinya selama tahun-tahun terakhir kriteria kinerja keuangan PT. CHS adalah tidak lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya pada kelompok industri yang sama. Adapun titik dari PT. CHS dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Perhitungan Dalam Menentukan Fungsi Linier Model Diskriminan


Rekomendasi
Dari seluruh analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa yang pertama kali diperoleh adalah model Z-Score seperti di bawah ini.

Z= 1.571X2+7.736X3+0.199X4+0.856X5

Pada model terlihat rasio yang mempunyai koefisien tertinggi adalah adalah rasio EBIT terhadap total asset (X3) dengan demikian untuk meningkatkan kinerja keuangan yang paling penting diperhatikan adalah upaya untuk meningkatkan EBIT. Sedangkan yang terjadi pada PT. CHS adalah kriteria kinerja keuangan yang dinilai tidak lebih baik dari perusahaan sejenis lainnya. Sebagai faktor penyebab adalah rendahnya tingkat penjualan dibandingkan perusahaan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Altmant, E., (1968), Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy, Journal Of Finance, Sepetember, pp.589-610.
Boddie, ZVI., Kane, Alex., Marcus, Alan J., (1998), “Investments”, International Edition, Irwin McGraw Hill.
Sawir, Agnes., (2001), “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muliaman D Hadad, Wimboh Santoso & Ita Rulina, (2003), Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem Keuangan, BI Jurnal, pp. 2-33.


Senin, 05 Januari 2009

Pelatihan Mengukur Indeks Kepuasan Karyawan/Pelanggan, Serta Pelatihan Aplikasi Software Statistika (SPSS/Eviews)


Kami menawarkan jasa kami untuk mengadakan pelatihan dalam bentuk in house training yang berkaitan dengan survey kepuasan karyawan dan konsumen berikut cara menentukan indeks kepuasan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan guna menciptakan keseimbangan antara harapan pihak manajemen dan karyawan atau konsumen. Selain pelatihan untuk mengukur kepuasan karyawan dan pelanggan, kami pun menawarkan pelatihan agar staff mampu menggunakan software statistika, yaitu SPSS/Eviews.

Recent Viewers