Cari...


Minggu, 15 November 2009

TIDAK NORMAL??? “LAKUKAN ALTERNATIF TRANSFORMASI”

(Transformasi Untuk Data Tidak Normal Dengan Mereduksi Osilasi)

Oleh,
Moh. Rojana Hamdan, ST., MM.

Hal ini mungkin bermanfaat untuk para pengambil keputusan dan data analist. Dalam kaitannya dengan kegiatan untuk menggali informasi secara statistik, seringkali data-data yang kita kumpulkan harus diuji agar memenuhi beberapa asumsi seperti uji normalitas data dan asumsi klasik yang terdiri atas uji multikolineraitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi. Terkadang data-data tersebut mengalami masalah yang berkaitan dengan uji-uji tersebut, sehingga harus dilakukan transformasi data. Beberapa permasalahan dapat diselesaikan dengan transformasi standar seperti ln, log, arc, kuadratik, dll. Namun juga terkadang transformasi yang ada memiliki kekurangan, misal dengan cara log dan ln tidak memungkinkan untuk data-data negatif sehingga harus dilakukan perombakan mendasar dengan menggeser kontanta agar di atas sumbu nol. Pada akhirnya akan merepotkan ketika melakukan intrepretasi hasil.
Ada cara alternatif yang relatif mudah dan tidak merubah karateristik data, yaitu dengan konsep reduksi osilasi penyimpangan residual. Konsep ini dapat diilustrasikan sebagai berikut: misalkan kita akan melakukan analisis terhadap dari 4 perusahaan otomotif (dikodekan A, B, C dan D) dengan variabel variabel seperti KAP (Kantor Akuntan Publik) yang terbagi atas big 4 (dikodekan 1) dan non big 4 (dikodekan 0), lalu data indeks pengungkapan kecurangan (IP) dan initial return saham perusahaan (IR) di lantai bursa. Pergerakan data diamati selama 5 tahun untuk masing-masing perusahaan, seperti pada table di bawah ini.





















Dibuat dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:















Lalu dilakukan uji normalitas data yang hasilnya seperti tabel di bawah ini.

Dari keempat data tersebut ternyata semuanya dinyatakan tidak berdistribusi normal karena nilai sig lebih kecil dari 0.05.




























Dari tiap-tiap gambar terdapat fluktuasi (osilasi) data yang ekstrim terhadap nilai normalnya, fluktuasi tersebut mengakibatkan data tidak berdistribusi normal. Agar dpat diperoleh data yang berdistribusi normal dilakukan transformasi dengan membuat penyimpangan antara nilai aktual dengan nilai normal (unstandardized) lebih sempit. Pada data di atas dilakukan reduksi penyimpangan sebesar 80% untuk KAP dan 50% untuk IR serta IP. Pada akhirnya diperoleh nilai transformasi yang berdistribusi normal namun masih memliki karakter yang sama dengan data aktualnyanya. Berikut adalah nilai hasil transformasi yang didapat.



















Transformasi seperti ini efektif untuk data-data yang memiliki nilai negative yang tidak mungkin dilakukan dengan log maupun lognormal. Juga masih lebih baik dibandingkan dengan transformasi kuadratik. Selanjutnya dilakukan kembali uji normalitas data dan diperoleh hasil sebagai berikut.









Setelah dilakukan pengujian kembali terhadap keempat data hasil transformasi tersebut ternyata semuanya dinyatakan berdistribusi normal karena nilai sig.> 0.05 (untuk semua data), sehingga data sudah layak untuk pengujian selanjutnya uji asumsi klasik, regresi dan uji hipotesis.

Catatan:

Penulis adalah seorang konsultan di BS Consulting yang sangat familiar dan berpengalaman dalam hal statistika industri, ekonometrika dan manajemen keuangan. Disamping itu sudah beberapa kali sukses menangani project-project yang berkaitan dengan kinerja perusahaan, manajemen SDM, Strategic, Produksi serta Keuangan & Investasi. Juga tercatat pernah menangani sejumlah survey kepuasan karyawan dan pelanggan.

Beberapa proyek yang pernah ditangani penulis antara lain:
1. Analisis Kelayakan Proyek Restaging Generator Untuk Pertamina Cilamaya.
2. Analisis Kelayakan Operasi Bank-Bank Go Public Dengan Metode Diskriminan.
3. Aplikasi BSC Pada Asuransi BAJ.
4. Optimalisasi Portofolio Dana Pensiun PT. Angkasa Pura II.
5. Survey Kepuasan Karyawan di PT. ABI thn 2008.
6. Survey Kepuasan Karyawan di PT. ABI thn 2009.
7. Analisis Kepuasan Karyawan di Pelindo II dan III.
8. Feasibility Study Proyek PT. Indosat Dalam Pengadaan Bangunan Di DIY.
9. Analisis Strategi Distribusi di Jamu Puspo.

Kamis, 27 Agustus 2009

Pembahasan Lanjutan: Analisis Survey Kepuasan Karyawan






Salam Sejahtera dari Saya Untuk Semua, saya ucapkan terima kasih atas responnya mengenai penawaran kami perihal survey kepuasan karyawan.
Salah satu respon yang muncul adalah pertanyaan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode. Berikut adalah pertanyaan sekaligus tanggapan saya.

1. Metode manakah yang menawarkan tingkat hasil yang paling baik?
Jawab: Perlu saya jelaskan terlebih dahulu dan dalam hal ini para ahli pun sependsapat bahwa tidak ada metode yang sempurna dan paling baik. Masing-masing metode mempunyai kelemahan dan kelebihan masing-masing. Dan saya pun ingin bertanya juga pada pertanyaan di atas mengenai pemahaman atau pengertian “tingkat hasil yang paling baik”, kalau boleh tahu ditinjau dari sudut pandang apa? Apakah berdasarkan akurasi, hasil penilaiaan, value added bagi manajeman atau berdasarkan indikator lainnya? Dan disamping itu pun banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Namun hasil yang paling optimal dapat diperoleh dengan perlakuan atau metode yang tepat, yang dalam hal ini perlu disesuaikan dengan jenis data, kualitas data dan yang terpenting tujuannya untuk apa?
Misal:
1) Jika hanya untuk mengetahui gambaran bisa gunakan analisis deskriptif dengan nilai indeks sebagai indikator hasil, ini adalah penilaian yang paling dasar dan apa adanya hasil kita tampilkan. Kualitas data sangat berpengaruh terhadap hasil penilaian, jika datanya adalah data primer maka harus valid, reliable dan jika berdistribusi normal akan lebih berkualitas.
2) Jika untuk mengukur perbedaan harapan dengan persepsi bisa gunakan analisis kesenjangan (gap analisis) dengan daerah kuadran pada kartesisus sebagai penentu kepuasan karyawan. Sama jika datanya adalah data primer maka harus valid, reliable dan jika berdistribusi normal akan lebih berkualitas.
3) Jika untuk mengetahui % suatu peluang kejadian apakah berpengaruh terhadap % peluang terjadinya kejadian lain, bisa tambah penggunaan analisis Tabulasi Silang (Cross Tab) dan Keselarasan dengan indikator Chi Square. Dalam hal ini data diijinkan tidak berdistribusi normal.
4) Dan jika untuk menilai pengaruh sejumlah faktor bisa gunakan Analisis Multivariat Diskriminan dengan nilai Z sebagai indikator. Namun umumnya ini untuk data sekunder dan termasuk parametrik sehingga data harus normal.
5) Jika untuk membedakan pencapaian hasil dua kriteria (mis. Baik dan buruk) bisa gunakan analisis dengan metode Statistical Quality Control dengan batasan UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower Control Limit) sebagai indikator.
6) Dan masih banyak metode lainnya yang bisa digunakan dan disesuaikan dengan tujuan.

2. Bagaimana memilih metode yang paling cocok untuk kita?
Jawab: Seperti telah saya kemukakan pada jawaban no. 1, hal ini disesuaikan dengan kondisi data dan tujuan penelitian, atau informasi apa lagi dari data tersebut yang ingin diketahui.
3. Apakah metode yang dilakukan untuk indeks kinerja perusahaan maupun keuangan sama dengan survey kepuasan pelanggan maupun karyawan?
Jawab: Secara data perlakuannya berbeda karena pada indeks kinerja perusahaan misal yang paling pavorit adalah BSC yang melibatkan data primer dan skunder, pada indeks kinerja keuangan umumnya melibatkan data skunder (berskala rasio) sedangkan pada survey kepuasan pelanggan maupun karyawan melibatkan data primer (dan berskala ordinal). Dalam hal ini perlakukan uji datanya berbeda. Untuk data-data primer memerlukan uji Validitas dan Reliabilitas sedangkan pada data skunder memerlukan uji awal uji asumsi klasik. Keduanya untuk menguji kelayakan data dan harus diperlakukan dengan metode apa agar memenuhi harapan atau tujuan penelitian.
4. Apakah ada contoh survey yang dapat kami pertimbangkan untuk survey kepuasan pelanggan, indeks kinerja perusahaan maupun keuangan?
Jawab: Ada namun tidak untuk dikirim, jika mau saya hanya bisa perlihatkan saja, mohon maaf dan pengertiannya ini tidak boleh dibaca isinya. Sekali lagi mohon maaf karena saya terikat perjanjian untuk menjaga kerahasiaan klien-klien perusahaan saya.
5. Perusahaan apa saja yang sudah menggunakan jasa BS Consulting dalam hal ini?
Jawab: Diantaranya yang telah menjadi klien saya antara lain Indosat Jogja (melalui Bpk. Eko Supriyatno, SE., MM, beliau sebagai direktur MTC LP3i), Pertamina Cilamaya, Amec Berca, Noto No Taiko Indonesia, Pelindo II dan III, MTC LP3i (juga melalui Bpk. Eko Supriyatno, SE., MM, beliau sebagai direktur MTC LP3i) dan lain-lainnya belum termasuk yang secara pribadi.
Demikian yang bisa saya sampaikan, jika dirasa masih ada yang ingin diketahui lebih lanjut mohon tidak perlu sungkan dan ragu untuk mengundang saya.
Regards,

Moh. Roy Hamdan, ST., MM

Minggu, 23 Agustus 2009

Analisis Kepuasan Karyawan



Dari judul yang tertulis di atas, akan mengundang berbagai pertanyaan, diantaranya akan dimulai dari, “bagaimana mengukur kepuasan?”, “Bagaimanakah memetakan kepuasan karyawan agar mudah dipahami?”, “Apa benefitnya bagi perusahaan?”, “metode apa yang bisa digunakan?”, “Dan mengapa dengan metode tersebut?”, “Bukankah umunya dengan pendekatan statistika dan lain-lainnya?”

Pertanyaan-pertanyan tersebut adalah cerminan dari individu-individu pada suatu perusahaan yang walaupun sehari-hari terlibat dengan pentingnya data-data karyawan, namun belum mengetahui metode apa saja agar diperoleh hasil yang tepat sehingga bermanfaat dalam menentukan kebijakan perusahaan.

Dengan demikian perlu dipahami terlebih dahulu mengenai statistika. Pada dasarnya adalah ilmu yang berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang efektif. Sedangkan statistik adalah suatu kumpulan angka yang tersusun lebih dari satu angka. Oleh karena itu dengan mengunakan statistika pada suatu perusahaan akan membantu individu-individu yang ada di perusahaan tersebut sehingga mampu mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat dan efektif.

Selanjutnya, hasil pengolahan data yang diklakukan dengan metode yang tepat dan bermutu akan menghasilkan intepretasi yang ideal. Pada akhirnya akan memudahkan pihak manajemen untuk menentukan kebijakan manajemen yang optimal. Berikutnya akan dapat diturunkan strategi manajemen yang tepat. Strategi manajemen yang sukses menagani berbagai masalah pekerja harus berlandaskan pada kebutuhan perusahaan dan adanya upaya untuk melampaui harapan perusahaan sejalan dengan hasil analisis statistik yang dilakukan.

Alasan tersebut yang mendasari kami (BS Consulting) untuk menawarkan pelatihan dan atau pun jasa analisis kepuasan karyawan agar pihak manajemen perusahaan dapat merumuskan kebijakan dengan tepat.

Beberapa metode Analisis yang dapat pilihan antara lain:
1) Metode Analisis deskriptif dengan nilai indeks kepuasan karyawan sebagai indikator kepuasan.
2) Metode Analisis kesenjangan (gap analisis) dengan daerah kuadran pada kartesisus sebagai penentu kepuasan karyawan.
3) Metode Analisis Tabulasi Silang (Cross Tab) dan Keselarasan dengan indikator Chi Square.
4) Metode Analisis Multivariat Diskriminan dengan nilai Z sebagai indikator kepuasan.
5) Metode Analisis dengan metode Statistical Quality Control dengan batasan UCL (Upper Control Limit) dan LCL (Lower Control Limit) sebagai indikator batas kepuasan.
Pembahasan
Presentasi Hasil.

Adapun mengenai biaya atas jasa yang kami tawarkan untuk bantuan analisis seperti yang disebutkan pada poin adalah sebesar
Rp 4.150.000,00 (Empat Juta Seratus Lima Puluh Ribu Rupiah).

Mengenai rincian perihal biaya atas jasa yang kami tawarkan untuk mengadakan pelatihan / in house training adalah sebagai berikut:

Jasa Analisis Kepuasan sebesar Rp 4.000.000,- ditambah ADM sebesar Rp 150.000,- sehinggaTotal Rp 4.150.000,-

Jika pilihan metode analisis yang digunakan lebih dari satu metode, maka dikenakan tambahan fee dengan setiap penambahan satu metode analisis adalah Rp 450.000,00.

Catatan: harga belum termasuk PPN 10%

3. Batas waktu pengolahan data hingga presentasi hasil adalah:
a. Kurang dari satu minggu sejak data diserahkan ke pihak BS Consulting, dengan catatan pihak BS Consulting hanya melakukan analisis data dan data tersebut diserahkan dalam bentuk soft copy.
b. Satu minggu (tujuh hari) sejak data diserahkan ke pihak BS Consulting, dengan catatan pihak BS Consulting hanya melakukan analisis data dan data tersebut diserahkan dalam bentuk hard copy.

4. Kami sebagai pihak manajemen BS Consulting akan senantiasa menjaga kerahasiaan data seluruh klien-klien kami. Dan kami pun bersedia menandatangani kesepakatan mengenai kerahasiaan data tersebut.

5. Hasil pengelolahan data akan kami berikan dalam bentuk soft file dan hard file untuk satu kali cetak.

Demikian informasi ini saya sampaikan.

Minggu, 10 Mei 2009

“Konsep Analisis Kesehatan Finansial”

Oleh:
Roy Hamdan, ST., MM.


Sama halnya seperti manusia, kesehatan finansial bagi perusahaan pun sesuatu yang sangat penting untuk dijaga. Manusia yang sehat mampu melakukan segala aktifitas dalam kehidupannya dengan lebih baik sehingga hasil yang dicapai pun akan lebih baik pula. Demikian pula dengan finansial perusahaan yang dapat dinilai sehat jika asset perusahaan ditempatkan secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih maksimal, yaitu menghasilkan profit dan mampu terus mempertahankan kelangsungan usahanya.


Secara mudah, perusahaan yang dinilai sehat adalah perusahaan yang mampu melakukan aktifitas usaha, mampu memenuhi kewajiban dan mampu menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini ada beberapa metode yang dapat dipilih untuk menilai kesehatan finansial perusahaan, diantaranya adalah analisis rasio-rasio keuangan, analisis statistik kualitatif maupun kuantitatif dan masih ada beberapa metode lainnya.

Dari sekian banyak metode kami telah menguji dan membuktikan akurasi suatu metode analisis kesehatan finansial yang dapat dinilai lebih baik untuk diterapkan atau digunakan, yaitu analisis multivariat yang dikombinasikan dengan analisis diskriminan. Lebih lanjut mengenai metode ini adalah metode yang dinamis sejalan dengan perkembangan dan kondisi yang terjadi.


Hal-hal yang patut dipahami agar dapat memanfaatkan model diskriminat secara akurat antara lain:
1.Memahami konsep pengukuran kesehatan finansial perusahaan.
2.Dapat menentukan faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan finansial perusahaan.
3.Dapat menentukan kualifikasi kesehatan finansial perusahaan.
4.Dapat menyusun model matematik untuk menentukan kesehatan finansial perusahaan.
5.Dapat menentukan titik-titik kelemahan perusahaan berdasarkan kualifikasi kesehatan finansial yang telah dicapai oleh perusahaan.
6.Dapat menentukan tingkat kesehatan finansial perusahaan.
7.Dapat menentukan rekomendasi kebijakan untuk melakukan pembenahan.

Minggu, 03 Mei 2009

Meningkatkan Kinerja dan Efisiensi Dengan Metode Balancing


Oleh:

Mohamad Rojana Hamdan, ST., MM.
(The Operation)
Grade V

BS Consulting

Latar Belakang
Sebuah perusahaan dalam melakukan aktifitas produksi maupun aktifitas usaha secara keseluruhan, umumnya tidak terlepas dari interaksi antar departemen atau bagian-bagian yang ada di dalamnya. Pada setiap departemen akan dihasilkan output dengan standar spesifikasi tertentu. Untuk menghasilkan output dengan spesifikasi yang diharapkan terjadi proses produksi ada yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan produksi secara berseri maupun paralel. Namun dalam hal ini yang penting untuk diperhatikan adalah apakah untuk menghasilkan ouput tersebut memenuhi standar waktu atau standar efisiensi yang ditentukan atau tidak. Dan apakah sering terjadi keadaan dimana satu proses produksi di satu departemen terhambat akibat menunggu supply dari departemen atau bagian sebelumnya. Jika memang terjadi seperti itu, hal ini menunjukan adanya proses yang tidak balance antara proses di departemen yang satu dengan departemen lainnya, baik secara waktu maupun secara efisiensi.

Perlu diketahui bahwa akibat dari proses antar departemen yang tidak balance dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi sehingga terjadi pemborosan secara finansial yang merugikan. Pada rangkaian produksi dengan proses antara yang satu dengan yang lain tidak balance, mengakibatkan efesiensi akan lebih rendah ketimbang proses yang balance. Mengapa demikian ???, karena rugi-rugi atau tingkat ketidak mulusan proses produksi menjadi lebih tinggi ketimbang proses produksi yang balannce. Bagaimana mengetahuinya??? Sudah pasti dengan melakukan pengukuran waktu proses atau efisiensi pada masing-masing departemen.

Pengukuran Waktu Peroses
Untuk memahami bagaimana melakukan analisis balance atau tidaknya suatu rangkaian proses produksi perlu dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan pada suatu line produksi dari perusahaan manufaktur yang berlokasi di daerah Cibitung tepatnya di Kawasan Industri MM2100. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel di atas menunjukan besarnya effisiensi (jumlah produksi/jam kerja)yang dihitung dari jumlah produksi yang dihasilkan dibagi lamanya kerja satu sihft (8 jam) yang dikonversikan dalam satuan detik. Dari tabel tersebut kolom kenyataan menunjukan kondisi nyata yang terjadi saat dilakukan pengambilan data. Kolom opsi I menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun mulai dari proses yang paling singkat hingga yang paling lama. Kolom opsi II menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun mulai dari proses yang paling lama hingga yang paling singkat. Dan kolom opsi III menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun sedemikian hingga masing-masing proses mendekati waktu proses rata-ratanya (melalui proses balancing). Jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:


Derdasarkan data-data tersebut kemudian dilakukan perhitungan indeks kemulusan atau pun indeks hambatan dengan rumus indeka kemulusan sebagai berikut:

SI = Akar(Sigma(CT-WT)2)

Dan setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:



Pada komposisi data pada kondisi aktual, opsi I (data tersusun meningkat) dan opsi II (data tersusun menurun) diperoleh hasil yang sama, yaitu indeks hambatan sebesar 8.02% atau indeks kemulusan sebesar 91.98%. Sedangkan untuk opsi III (hasil dari proses balancing) dengan komposisi data yang tersusun mendekati rata-rata waktu prosesnya (CT) diperoleh indeks hambatan sebesar 2.83% atau indeks kemulusan sebesar 97.17%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika semakin banyak station kerja yang waktu prosesnya menyimpang dari waktu acuannya (rata-rata proses) dan penyimpangan ini semakin besar akan mengakibatkan faktor hambatan meningkat dan/atau indeks kemulusan menurun, sebaliknya jika telah dilakukan balancing, sehingga semakin sedikit station kerja yang waktu prosesnya menyimpang dari waktu acuannya (rata-rata proses) dan penyimpangan ini semakin kecil akan mengakibatkan faktor hambatan menurun dan/atau indeks kemulusan meningkat. Perlu diketahui juga bahwa dengan meningkatnya indeks kemulusan dikatakan efisiensi pun cenderung meningkat. Lebih jauh lagi, hal ini pun berarti potensi untuk meningkatkan keuntungan secara finansial menjadi lebih baik.

Tinjauan berikutnya adalah dari sudut pandang kapasitas. Sebelumnya kapasitas pada kondisi aktual, opsi I dan opsi II adalah sebesar 1800 unit per hari. Dan seandainya pihak manajemen mampu merubah komposisi waktu proses atau balancing hingga seperti pada komposisi opsi III, maka akan diperoleh peningkatan kapasitas dari 1800 unit/hari manjadi 2057 unit/hari atau meningkat 14.3%.

Implikasi selanjutnya adalah penghematan jumlah station kerja atau tenaga kerja. Jika sebelumnya untuk menghasilkan 1800 unit per hari diperlukan 12 station kerja atau tenaga kerja, maka dengan komposisi seperti opsi III untuk menghasilkan 1800 cukup dengan 10 atau 11 staion kerja. Jika dihitung secara finansial maka penghematan yang dapat dilakukan adalah berkurang sekitar 2 station kerja dan 2 tenaga kerja.
Reduction Cost dalam setahun = ((2x(MaintenanceCost bulanan))+(2x(upah)))x12

Contoh:
- Jika mantenace cost = Rp 200.000/bulan
- Jika upah Rp 900.000/bulan.

Maka penghematan secara finansial adalah:

Reduction Cost setahun = ((2x(200.000))+(2x(900.000)))x12
Reduction Cost setahun = (400.000+1.800.000)x12
Reduction Cost setahun = (2.200.000x12) = Rp 26.400.000,00

Kesimpulan:
1. Semakin cepat waktu proses tidak berarti semakin baik. Dalam hal ini yang diperlukan adalah waktu proses yang berjalan secara singkron antar satu dengan yang lain.
2. Efisiensi akan meningkat jika perbedaan waktu proses untuk tiap-tiap station kerja dengan waktu rata-rata proses untuk secara keseluruhan semakin kecil.
3. Upaya mengupayakan agar seluruh rangkaian proses dari setiap station kerja mempunyai penyimpangan yang minimal dari waktu rata-rata proses disebut “Balancing”.


Senin, 09 Maret 2009

Apakah Yang Dimaksud Dengan Kesehatan Finansial Perusahaan




“Apakah yang dimaksud dengan kesehatan finansial perusahaan?”

Secara garis besar perusahaan yang dapat dinilai sehat adalah perusahaan yang mampu melakukan aktifitas usaha secara optimal, mampu memenuhi kewajiban dan mampu menghasilkan keuntungan. Dengan demikian ada beberapa hal yang dapat dipilih sebagai dasar guna menilai kesehatan finansial perusahaan, diantaranya adalah analisis rasio-rasio keuangan, analisis statistik kualitatif maupun kuantitatif dan masih ada beberapa metode lainnya.

Dari sekian banyak metode yang ada, kami telah menguji dan membuktikan akurasi suatu metode analisis kesehatan finansial yang dinilai dapat memberikan tuntunan rekomendasi agar lebih baik. Pada akhirnya dengan hasil yang diperoleh dapat membenahi kelemahan yang ada bahkan menciptakan value added bagi perusahaan. Lebih lanjut mengenai metode ini adalah metode yang dinamis sejalan dengan perkembangan kondisi saat ini

Tujuan Analisis Kesehatan Finansial
Adapun tujuan yang diharapkan dari analisis kesehatan finansial secara garis besar adalah untuk :
1. “General Check UP” kesehatan finansial perusahaan.
2. Mendeteksi & mendiagnosa gangguan kesehatan finansial.
3. Memulihkan kesehatan finansial perusahaan.
4. Menentukan titik-titik kelemahan yang perlu dijaga untuk menjaga kesehatan finansial.
5. Upaya optimalisasi kesehatan finansial perusahaan.
6. Menentukan rekomendasi kebijakan untuk memulihkan atau menjaga kesehatan finansial.

Analisis dan Perhitungan Indeks Kepuasan Karyawan



Pendahuluan
Analisis kepuasan karyawan akan sangat baik seandainya dapat dilakukan secara periodik. Hal ini penting karena merupakan alat ukur untuk menilai keseimbangan antara harapan karyawan dengan kebijakan perusahaan termasuk segala fasilitas yang telah ada. Disamping itu, hasil analisis kepuasan karyawan dapat juga digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan manajemen untuk periode selanjutnya. Apabila tercipta kesesuaian antara harapan karyawan dengan kebijakan perusahaan, maka harapan pihak karyawan dapat terpuaskan. Sebagai benefit bagi perusahaan adalah karyawan akan bekerja maksimal dan membuahkan hasil yang optimal bagi perusahaan.
Analisis kepuasan karyawan seringkali digunakan untuk menilai persepsi karyawan perihal kebijakan yang berlaku di perusahaan. Hasil yang diperoleh dipandang sebagai feed back para karyawan atas kebijakan yang berlaku saat ini. Selanjutnya dari hasil feed back tersebut akan dirumuskan kebijakan manajemen untuk periode sejanlutnya. Kebijakan tersebut akan ditetapkan oleh pihak manajemen sebagai upaya agar tercapai suatu tingkat kesesuaian antara harapan pihak karyawan dengan harapan manajemen perusahaan. Dengan demikian hasil dari survey ini merupakan input bagi manajemen dalam menentukan kebijakan terutama yang berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas karyawan.

Sebelum melakukan analisis kepuasan karyawan, perlu disimak terlebih dahulu pertanyaan berikut: “Mengapa suatu perusahaan melakukan analisis kepuasan karyawan?”

Secara garis besar kepuasan karyawan perlu di-analisis ketika manajemen perusahaan menilai telah terjadi penyimpangan kinerja yang diukur berdasarkan ukuran kinerja yang telah ditentukan. Secara periodik analisis kepuasan karyawan dapat digunakan sebagai sarana evaluasi berdasarkan kesesuaian antara harapan karyawan dengan kebijakan yang berlaku di perusahaan.

Tujuan Analisis Kepuasan Karyawan
Adapun tujuan yang diharapkan dari analisis kepuasan karyawan antara lain adalah :
  1. Manfaat metode deskriptif kuantitatif dan kualitatif untuk analisis kepuasan karyawan.
  2. Mengetahui data angket kepuasan karyawan dapat dipercaya atau tidak.
  3. Megetahui tingkat partisipasi responden.
  4. Sebagai dasar untuk menentukan standar/target kepuasan karyawan.
  5. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan secara keseluruhan.
  6. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan di tiap departemen, group, lokasi, lama bekerja, usia dan jenis kelamin.
  7. Sebagai dasar untuk mengetahui tingkat kepuasan karyawan berdasarkan kelompok pertanyaan.
  8. Sebagai masukan bagi pihak manajemen untuk melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas kerja karyawan ditinjau berdasarkan harapan karyawan.

Optimalisasi Sarana-Sarana Manajemen Dengan Metode Balancing


Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui bersama, sebagian besar perusahaan sangat terbebani oleh dampak krisis global yang tengah melanda dunia saat ini. Bersamaan dengan adanya dampak krisis global, beban yang ditanggung akan semakin membebani perusahaan apabila sarana-sarana manajemen yang ada tidak dalam komposisi ideal atau balance.

Berkaitan dengan pentingnya upaya agar sarana-sarana manajemen dapat ideal atau balance, sejumlah pertanyaan yang akan muncul diantaranya adalah ”Bagaimana menentukan komposisi sarana manajemen yang ideal?” Lalu,“Apa untungnya komposisi yang ideal?” Dan,”Apakah balance itu artinya seimbang, sehingga kita akan membuat semua sarana manjemen sama jumlahnya?”.

Sejalan dengan munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut, dalam hal ini kami mencoba memberikan pencerahan melalui paket analisis “Solusi Optimalisasi Sarana-Sarana Manajemen Dengan Metode Balancing”. Mengenai paket tersebut kami tawarkan dengan dikemas sedemikian hingga mudah dipahami dan diterapkan. Perlu diketahui terlebih dahulu bahwa dengan komposisi yang ideal hal-hal yang merugikan akibat beban yang tidak seimbang dapat ditekan. Pada akhirnya kelangsungan perusahaan pun dapat dipertahankan dengan hasil yang optimal.
Optimalisasi Sarana Manajemen Dengan Metode Balancing
Hasil yang dicapai sebuah perusahaan akan lebih optimal jika hal-hal yang merugikan dapat dihilangkan, unsur-unsur biaya dapat ditekan dan unsur-unsur penerimaan dapat ditingkatkan. Pengertian optimal erat kaitannya dengan kriteria untuk hasil yang diperoleh. Sebuah perusahaan dapat dikatakan optimal apabila memperoleh hasil yang maksimal dengan kerugian yang minimal.

Berkaitan dengan hal itu, melalui analisis yang kami tawarkan akan diketahui bagaimana menentukan kriteria perusahaan dengan sarana-sarana manjemen yang Ideal dan memperoleh hasil yang optimal.

Dari sekian banyak metode yang ada, kami telah menguji dan membuktikan akurasi metode load balancing dalam menilai ideal atau tidak komposisi sarana manajemen. Berdasarkan hasil analisis akan diperoleh masukan bagi manajemen sebagai tuntunan atau rekomendasi agar lebih baik. Pada akhirnya dengan hasil yang diperoleh dapat membenahi kelemahan yang ada bahkan menciptakan value added bagi perusahaan.

Tujuan Analisis Optimalisasi Sarana-Sarana Manajemen Dengan Metode Balancing
  1. Memetakan kemampuan dan beban dari tiap-tiap komponen sarana manajemen.
  2. Menentukan ukuran ideal atau balance untuk tiap-tiap sarana.
  3. Mendeteksi sarana manajemen yang bermasalah.
  4. Menentukan titik-titik kelemahan yang sensitif sehingga perlu diperhatikan untuk menjaga komposisi yang ideal.
  5. Membenahi dan menyusun kembali proporsi untuk masing-masing sarana manajemen agar diperoleh komposisi sarana manajemen yang ideal (Mulai dari komponen HR hingga komponen output/market).
  6. Menentukan rekomendasi kebijakan bagi pihak manajemen perusahaan untuk memulihkan, menjaga atau meningkatkan hasil agar lebih optimal.

Benarkah Aplikasi SPSS dan Eviews Mampu Meningkatkan Kualitas Pengambilan Keputusan Manajemen???


Dari topik di atas akan mengundang berbagai pertanyaan, diantaranya, “Apakah yang dimaksud dengan SPSS/Eviews?”, “Bagaimanakah SPSS/Eviews dapat memecakan masalah-masalah manajemen dengan lebih optimal?”, “Apa benefitnya bagi perusahaan?”, “Adakah kaiatannya dengan statistika?”, “Dan mengapa dengan metode statistik?”, “Bukankah SPSS/Eviews itu software penunjang statistika?”, “Dan apakah itu erat kaitannya dengan istilah mean (rata-rata), median (nilai tengah), modus (nilai data dengan jumlah mayoritas), standar deviasi (penyimpangan standar) dan lain-lainnya?”

Pertanyaan-pertanyan tersebut merupakan cerminan dari individu-individu pada suatu perusahaan yang walaupun sehari-hari terlibat dengan pentingnya data-data perusahaan namun belum memanfaatkan statistika atau metode statistik secara tepat dan optimal. Dan mungkin pula belum mengetahui sepenuhnya manfaat SPSS atau Eviews yang dapat digunakan sebagai sarana untuk pengambilan keputusan yang lebih berkualitas.

Dengan demikian yang perlu dipahami terlebih dahulu konsep statistika. Pada dasarnya statistika adalah ilmu yang berkaitan dengan kegiatan mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang efektif. Sedangkan statistik adalah suatu kumpulan angka yang tersusun lebih dari satu angka. Oleh karena itu dengan mengunakan statistika pada suatu perusahaan akan membantu individu-individu yang ada di perusahaan tersebut sehingga mampu mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data menjadi informasi untuk membantu pengambilan keputusan yang tepat dan efektif. Sedangkankaitannya dengan SPSS atau Eviews adalah software yang dapat menunjang kegiatan mengumpulkan, menata, menyajikan, menganalisis dan menginterprestasikan data dengan lebih menyeluruh, akurat dan sangat cepat.

Selanjutnya, hasil pengolahan data yang diklakukan dengan SPSS atau Eviews akan menghasilkan intepretasi yang berkualitas sebagai penunjang pengambilan keputusan. Pada akhirnya akan memudahkan pihak manajemen untuk menentukan kebijakan manajemen dengan lebih optimal. Berikutnya akan dapat diturunkan strategi manajemen yang tepat. Strategi manajemen yang sukses menagani berbagai masalah perusahaan harus berlandaskan pada kebutuhan perusahaan. Ditambah adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan sebagai harapan perusahaan yang juga tercermin dari hasil analisis statistik yang dilakukan dengan SPSS/Eviews.

Dengan demikian dapat dipahami nilai tambah dan kelebihan dari SPSS/Eviews dibanding metode-metode strategi manajemen lainnya yang lebih populer namun terkadang belum tentu dapat cocok diterapkan disetiap perusahaan. Poin-poin yang perlu dipahami dalam hal ini antara lain:
  1. Mengerti konsep dasar analisis statistik dan aplikasinya pada bidang industri
  2. Mampu menyusun kerangka analisis berbasis statistika pada perusahaan.
  3. Memahami analisis statistik secara kualitatif dan kuantitatif untuk data-data perusahaan.
  4. Mampu melakukan uji mutu data agar diketahui baik atau tidak suatu data untuk diolah.
  5. Mampu menentukan kebohongan pada suatu data perusahaan.
  6. Mampu menentukan keterkaitan antar faktor-faktor yang ada di perusahaan secara objektif.
  7. Mampu menguji signifikansi perbedaan hasil pencapaian akibat perlakukan atau tindakan yang berbeda.
  8. Mampu meng-intepretasi hasil pengujian baik secara parsial maupun multiple.
  9. Mampu menentukan nilai ideal pencapaian (relevance value) untuk berbagai bidang yang dianalsis.
  10. Mampu memetakan batas kemampuan ideal ditinjau dari perspektif SDM, Keuangan, Pemasaran, Produksi dan hal-hal lainnya yang ada di perusahaan.
  11. Mengukur kepuasan sumber daya manusia.
  12. Membaca perilaku pekerja.
  13. Mampu melakukan seluruh poin-poin di atas yang diaplikasikan dengan SPSS atau Eviwes .

Kamis, 22 Januari 2009

Seputar Audit TI dan Berbagai Risikonya


Pendahuluan

Beberapa waktu lalu beberapa bank besar mengalami pembobolan transaksi perbankan. Hal ini menunjukkan betapa canggihnya para pelaku kejahatan yang berusaha untuk menembus ataupun menggunakan kode-kode rahasia nasabah perbankan yang berpengaruh kepada hal-hal yang merugikan nasabah dan bank itu sendiri. Kusus yang terjadi di bank local dapat kita lihat di Bank BNI tahun 1987 dengan raibnya dana di Bank BNI New York sebesar 18 juta dolar AS dan terakhir di bulan November 2003 terjadi raibnya sebesar Rp 1,7 Trilyun di Bank BNI Kebayoran Baru. Dan hal menarik yang dapat dikembangkan dari sudut pengendalian / audit dalam penerapan e-banking di industri perbankan bagaimana teknologi IT yang menerapkan dapat secara aman dan terkendali diterapkan serta memberikan jaminan perlindungan nasabah dan pihak bank yang melibatkan peran bank sentral / otoritas moniter untuk pengawasan.

Dalam hal ini perlu dipahami mengenai dasar acuan dan metode-metode audit TI pada perbankan yang menerapkan system e-banking terkait dengan aspek security. Selanjutnya selaku otoritas moneter dan juga asosiasi pemilik bank dihaparpkan dapat mewujudkan kegiatan perbankan yang telah menerapkan e-banking secara aman, cepat dan akurat serta dapat memberikan kepuasan bagi nasabah dan pemilik Bank yang dalam hal ini digunakan bank Permata.

Dari hasil audit TI yang disampaikan oleh tim auditor diketahui bahwa hasil penilaian pelaksanaan audit TI di Bank Permata, masih dalam katagori Fair dengan nilai 72.67% (di antara 50.00% s/d 75.00%).

Dari hasil penilaian yang didapat Bank Permata artinya beberapa elemen sistem telah sesuai dengan standar system manajemen mutu ISO 9001-2000, tetapi masih ada bagian yang penting dari sistem mutu yang belum sesuai dengan standar tersebut atau bahkan tidak ada sama sekali. Temukan dengan tepat area tersebut dan terapkan sistem/standar yang diminta. Sebagai petunjuk tambahan dapat digunakan petunjuk (manual) resmi seperti ISO 9001-2000 atau dapatkan pelayanan dari para ahli/konsultan ISO 9001-2000.

Gambaran topologi sambungan antara pelanggan / user ke situs e-Banking dapat berupa kelompok jaringan. Pengguna akan menggunakan komputernya yang biasanya tersambung ke LAN di kantor. LAN di kantor biasanya tersambung ke Internet melalui Router (kemungkinan Router ADSL) ke Internet. Situs e-banking biasanya tersambung langsung ke Internet dan dapat berlokasi di hosting provider, atau di bank itu sendiri.

Serangan di Internet ada beberapa jenis serangan yang dapat terjadi pada seseorang yang sedang mengakses Internet, seperti:
Social Engineering, Viruse/Trojan/Spyware, Denial of Service (DoS), Sniffing, IP Spoofing, Worm, Replay Attack, Man In The Middle.

Serangan spesifik pada masing-masing komponen jaringan dapat di sederhanakan sebagai berikut, serangan pada computer pengguna akan banyak berupa virus, Trojan, spyware, keylogger. Biasanya kondisi ini akan lebih parah lagi pada computer di WARNET yang menggunakan system operasi Windows.

Serangan pada jaringan LAN, biasanya berupa Sniffing, Spoofing, Man in the middle Attack. Mungkin relative aman untuk di kantor, yang lingkungannya relative terkontrol. Akan tetapi di WARNET, biasanya kondisinya akan parah – apalagi jika banyak orang yang suka mengakses situs porno dll. Di situ sumber berbagai software yang tidak baik yang ada di Internet.
Di Internet, kondisinya juga tidak berbeda jauh dengan LAN di WARNET, biasanya di tambah dengan berbagai kemugkinan serangan lainnya seperti replay attack dll. Serangan pada server yang relative secure biasanya lebih banyak berupa usaha untuk mematikan server / jaringan pada server tersebut agar tidak dapat berfungsi (Denial of Service), melalui flood paket, worm, dan lain-lain.
Serangan secara computer biasanya dapat ditangani dengan relative mudah jika kita cukup berpengetahuan dan disiplin. Akan tetapi serangan yang bersifat non-IT serangan kepada manusia dalam bentuk “Social Engineering” akan sangat berbahaya sekali. Hal ini perlu di hayati oleh semua pengguna e-banking.

Sistem yang baik adalah sistem yang baik adalah sistem bisa memahami kelemahannya. Dalam hal ini karena adanya penggunaan IT resiko yang ada harus diminimalisasi. Sebagai upaya kea rah tersebut, dilakukan dengan upaya meminimalisasi kemungkinan serangan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu menggunakan enkripsi, dalam hal ini SSL 128bit yang sangat aman dari sniffer. Akan tetapi serangan seperti virus, Trojan, spyware di computer pengguna dan “social engineering” masih harus di hadapi di sisi penguna.
Firewall dapat di pasang di server. Akan tetapi, serangan berupa Distributed Denial of Service (DDOS), Flooding akan tetap menghantui server. Koordinasi dengan upstream provider menjadi penting. Intrusion Detection & Prevention System biasanya di instalasi di server. Untuk mendeteksi adanya serangan dari luar. Biasanya menggunakan finger print packet serangan untuk mendeteksi adanya serangan tersebut.
Pertahanan di sisi teknologi Informasi akan bertambah sulit di tembus jika di tambahkan lapisan pertahanan tambahan disisi proses transaksi. Pada Bank Permata e-Business, tambahan proteksi pada proses transaksi meliputi Penggunaan User ID and Password Tingkat Kewenangan, dengan tingkatan sebagai berikut:
System administrator, yang melakukan pendaftaran untuk seluruh pengguna yang menggunakan fitur dari Permatae-Business Maker, yang melakukan proses pembuatan atas transaksi Verifier, yang melakukan proses pemeriksaan atas transaksi Approver, yang melakukan proses persetujuan atas transaksi. Persetujuan transaksi dilakukan oleh lebih dari 1 orang dan secara berjenjang TIN & Token untuk Approver. Teknik Token merupakan teknik security One Time Password (OTP) yang hanya memungkinkan sebuah password digunakan satu kali saja, perhitungan password dilakukan menggunakan challenge-responds. Limit transaksi dan limit akses per fitur Audit trail melalui Permatae-Business.

Senin, 19 Januari 2009

Contoh Laporan Analisis Kepuasan Karyawan (Ringkasan)

LAPORAN SURVEY KARYAWAN PT. NOCO NO TAIKO INDONESIA TAHUN 2008
(Dalam tulisan pada blog ini tidak ditampilkan tabel-tabel pendukungnya, namun bagi pembaca yang membutuhkannya sebagai referensi akan dikirim by email silahkan hub. 085881153889)

Tujuan
Survey ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kepuasan karyawan dalam bekerja serta mengetahui penilaian karyawan terhadap kebijakan yang selama ini telah dijalankan pihak manajemen. Dengan demikian hasil dari survey ini dapat memberikan masukan bagi manajemen PT. NOCO NO TAIKO Indonesia dalam menentukan kebijakan terutama yang berkenaan dengan upaya peningkatan produktivitas karyawan.

Hasil Kegiatan Survey
Dari jumlah kuesioner yang diserahkan kepada responden yang sebelumnya telah ditentukan dengan jumlah 171 orang yang dipilih. Selanjutnya berdasarkan data yang terhimpun, terlebih dahulu dilakukan penentuan demografi atas responden.

Deskripsi Data Responden
Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Jenis kelamin
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok jenis kelamin karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden adalah laki-laki. Responden laki-laki sebanyak 136 orang (79.53%), sedangkan selebihnya merupakan responden perempuan sebanya 35 orang (20.47%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok usia karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada 2 kelompok usia, yaitu usia kurang dari 31 tahun dengan jumlah 50 orang (29.24%), dan kelompok usia antara 31-35 tahun dengan jumlah 50 orang (29.24%). Berikutnya adalah kelompok usia antara 36-40 tahun dengan jumlah 44 orang (25.73%) dan yang terakhir adalah kelompok usia lebih dari 40 tahun dengan jumlah 27 orang (15.79%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Lama Bekerja Karyawan
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok lama bekerja karyawan.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok dengan lama bekerja antara 1-2 tahun dengan jumlah 72 orang (42.11%), lalu kelompok dengan lama kerja kurang dari 1 tahun dengan jumlah 51 orang (29.82%). Berikutnya adalah kelompok dengan lama kerja antara 3-5 tahun dengan jumlah 25 orang (14.62%), lalu kelompok dengan lama kerja lebih dari 6 tahun dengan jumlah 22 orang (12.87%) dan perlu diketahui juga bahwa dari tinjauan berdasarkan kelompok lama bekerja ditemui 1 orang (0.58%) tidak diketahui lama kerjanya.

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Lokasi Kantor
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok lokasi kantor.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok lokasi kantor di Cepu dengan jumlah 84 orang (49.12%), lalu kelompok dengan lokasi kantor di Bintan dengan jumlah 53 orang (30.99%). Berikutnya adalah kelompok dengan lokasi kantor di Balik Papan jumlah 24 orang (14.04%), lalu kelompok dengan lokasi kantor di Surabaya dengan jumlah 6 orang (3.51%) dan yang terakhir adalah kelompok lokasi kerja di Shakalin dengan jumlah 4 orang (2.34%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Departemen Tempat Karyawan Bekerja
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok departemen dimana karyawan bekerja.
Dalam Tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar responden ada pada kelompok departemen D&E dengan jumlah 94 orang (54.97%), lalu berturut-turut seperti pada tabel ditinjau dari kelompok berdasarkan departemen jumlah responden yang terkecil adalah dari BD dengan jumlah 1 orang (0.58%).

Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Disiplin
Berikut adalah data responden yang dijadikan sampel berdasarkan kelompok departemen dimana karyawan bekerja.
Dari Tabel ini terlihat bahwa sebagian besar responden adalah dari kelompok disiplin Struscture dengan jumlah 25 orang (14.62%), lalu berturut-turut seperti pada tabel ditinjau dari kelompok berdasarkan disiplin jumlah responden yang terkecil terdiri dari kelompok BD, D&E, Procurement, PS, SHE dan SHEQ dengan jumlah masing-masing 1 orang (0.58%).

Pengujian Data
Pengujian terhadap suatu kelompok data yang diperoleh perlu dilakukan dengan tujuan untuk memahami apakah data yang digunakan valid dan reliabel sebagai dasar untuk melakukan analisis. Selain itu juga dilakukan pula penilaian seberapa besar partisipasi responden dalam menghasilkan data tersebut.
Uji Validitas dan Realibilitas
Pada penelitian ini, pengujian validitas dan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0. Skala pengukuran yang dipergunakan adalah skala ordinal dengan menggunakan korelasi Pearson. Hasil pengujian dikatakan valid apabila r hitung > r Tabel. Pada df = 160 pada tingkat kepercayaan yang dipergunakan adalah 95% diperoleh rtabel=0.1012. Dari data yang diuji terlihat seluruh pertanyaan (pertanyaan 1-38) mempunyai r hitung lebih besar dari r tabel (0.1012) dengan demikian seluruh data tersebut dinyatakan valid.
Pada uji reliabilitas data diperoleh = 0.740 yang menunjukkan adanya korelasi yang erat (reliabel). Ketentuannya, jika di atas 0.7 menunjukkan adanya korelasi yang erat antara jawaban untuk masing-masing pertanyaan dengan dengan ukuran kepuasan yang digunakan.

Tingkat Partisipasi Responden
Untuk mengetahui tingkat partisipasi responden dilakukan dengan mengitung banyaknya jawaban responden untuk tiap-tiap pertanyaan pada kuesioner lalu dibandingkan dengan jumlah jawaban yang semestinya, atau sama dengan jumlah seluruh responden.
Dari pengujian diketahui tidak ada pertanyaan dengan tingkat partisipasi di bawah 97%. Dengan demikian masih memenuhi tingkat kepercayaan 95% (a = 0.05).

Penentuan Kriteria Hasil
Pada survey ini perihal data dinyatakan dalam prosen (%) dengan alasan lebih mudah untuk dipahami. Konsep perhitungan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Nilai Aktual
Penilaian (%) = _____________________ x 100%
Nilai Maksimum

Dimana:
Nilai Aktual adalah jumlah nilai yang didapat dari pilihan jawaban kuesioner yang diisi oleh responden untuk suatu grup pertanyaan. Nilai Maksimum adalah jumlah nilai yang paling maksimum untuk suatu grup pertanyaan.

Contoh:
Dari suatu grup pertanyaan diperoleh hasil jawaban seorang responden sebagai berikut.

Grup Pertanyaan
P1 P2 P3 Total Nilai Aktual
3 4 2 9

Grup Pertanyaan
P1 P2 P3 Total Nilai Maksimum
4 4 4 12

Maka penilaian untuk hasil jawaban responden tersebut adalah:
9
Nilai (%) = ______ x 100% = 75%
12

Batasan Standar (Target) Untuk Tingkat Kepuasan Karyawan
Dalam hal ini untuk kegiatan survey ini, pihak manajemen melalui manajer SDM menetapkan batasan standar untuk tingkat kepuasan adalah 70%. Hal ini berarti:
· jika nilai jawaban responden atau karyawan di bawah nilai 70% maka pihak responden atau karyawan tersebut memberikan penilaian tidak puas terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
· jika nilai jawaban responden atau karyawan di bawah nilai 70% maka pihak responden atau karyawan tersebut memberikan penilaian tidak puas terkait pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

Penilaian Terhadap Tingkat Kepuasan Karyawan
Pada survey ini data-data yang digunakan sebagai dasar analisis diperoleh dari jawaban para karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia yang telah ditentukan sebelumnya. Berdasarkan jawaban dari 171 karyawan diperoleh hasil sebagai berikut:
Pada tabel 5 diketahui nilai kepuasan secara keseluruhan adalah 69.75% artinya secara aktual pencapaian nilai kepuasan ini walau pun berbeda tipis tetapi masih di bawah target yang ditentukan oleh pihak manajmen yaitu 70%. Nilai ini dapat dipandang sebagai refleksi kepuasan karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia. Nilai kepuasan dapat ditentukan karena adanya akumulasi jawaban dari grup pertanyaan 1 s/d 9 dengan jumlah pertanyaan sebanyak 37 pertanyaan. Dengan demikian proporsi nilai kepuasan ditinjau dari masing-masing grup pertanyaan dapat diketahui.
Dari grafik tersebut diketahui bahwa grup pertanyaan yang memberikan nilai kepuasan tertinggi adalah grup pertanyaan nomor (1) mengenai Pandangan terhadap PT. NOCO NO TAIKO Indonesia (NTI) dengan nilai 73.57%.
Sedangkan poin pertanyaan menghasilkan nilai kepuasan terendah adalah grup pertanyaan nomor (6) mengenai Pandangan terhadap Pelatihan dan Pengembangan, dengan nilai 65.52%.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Departemen
Dari grafik diketahui karyawan di departement BD memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 79.05%. Sedangkan kelompok karyawan yang memberikan nilai kepuasan terendah adalah departemen BS dengan nilai 67.09%. Pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan komposisi seluruh departemen adalah 69.75%.
Guna memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Disiplin
Dari data yang dihimpun diketahui karyawan pada disiplin BD memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 79.05%. Sedangkan kelompok karyawan yang memberikan nilai kepuasan terrendah adalah planning dengan nilai 61.26%. Sedangkan pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan pencapaian kepuasan karyawan PT. NTI adalah 69.75%.

Sebagai upaya memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:
Dari tabel di atas, terlihat ada 13 kelompok disiplin dengan nilai kepuasan di bawah 70% seperti pada tabel di atas. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang harus lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi disiplin.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Lokasi
Dari data tabel dan grafik diketahui karyawan yang bertempat kerja di Shakalin memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 75.68%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang berlokasi di Surabaya dengan nilai 64.98%. Sedangkan pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan pencapaian kepuasan karyawan PT. NTI adalah 69.75%.

Guna memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Dari data terlihat ada tiga kelompok lokasi dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu Bintan, Surabaya dan Cepu. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing lokasi perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lokasi.

Pencapaian Nilaian Kepuasan Karyawan Ditinjau Dari Komposisi Lama Bekerja
Dari data yang ada diketahui karyawan yang telah bekerja antara 3 s/d 5 tahun memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 70.84%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang telah bekerja lebih dari 5 tahun masa kerja dengan nilai 67.91%.

Sebagai upaya memahami lebih lanjut faktor-faktor yang perlu lebih diperhatikan, maka perlu diketahui kelompok pertanyaan yang hasil penilaiannya rendah. Berdasarkan data yang ada diketahui sebagai berikut:

Dari data yang ada diketahui dua kelompok karyawan berdasarkan lama kerja dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu kelompok 1 s/d 2 tahun dan lebih dari 5 tahun. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Usia. Dari data yang dihimpun diketahui karyawan yang telah berusia antara 36 s/d 40 tahun memberikan penilaian kepuasan karyawan tertinggi dengan nilai 71.33%. Sedangkan kelompok karayawan yang memberikan nilai kepuasan terendah karyawan adalah yang berusia kurang dari 31 tahun dengan nilai 68.18%.

Dari tabel di atas, terlihat ada dua kelompok karyawan berdasarkan usia dengan nilai kepuasan di bawah 70%, yaitu kelompok lebih dari 40 tahun dan kurang dari 31 tahun. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Tingkat Kepuasan Karyawan Ditinjau Berdasarkan Komposisi Jenis Kelamin
Dari grafik diketahui karyawan Pria memberikan penilaian kepuasan karyawan lebih tinggi dengan nilai 70.27%. Sedangkan kelompok karyawan wanita memberikan nilai kepuasan lebih rendah dengan nilai 67.74%. Sedangkan rata-rata pencapaian nilai kepuasan karyawan ditinjau berdasarkan jenis kelamin karyawan adalah 68.35%.

Dari tabel di atas, terlihat karyawan dengan jenis kelamin wanita yang menilai kepuasan di bawah 70%. Disamping itu diketahui juga kelompok pertanyaan mana yang di masing-masing kelompok perlu lebih diperhatikan. Berikut adalah kelompok pertanyaan yang perlu diperhatikan untuk perbaikan tingkat kepuasan dalam komposisi lama kerja.

Analisis Kelompok Pertanyaan
Dari data yang telah dihimpun dari hasil pengisian kuesioner oleh para responden dapat ketahui penilaian untuk masing-masing kelompok pertanyaan yang dibandingkan dengan target yang ditetapkan sebagai berikut:

Kelompok Pertanyaan I
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan I

Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan I masih di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan II
Gambar 11
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan II


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan II hanya pertanyaan 2.2 dan 2.3 yang masih di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan III
Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan III


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan III hanya pertanyaan 3.4 dan 3.5 di bawah nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan IV
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan IV


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan IV menunjukan hampir seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan kecuali pertanyaan 4.5.

Kelompok Pertanyaan V

Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan V


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan V menunjukan seluruhnya di atas nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan VI
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VI


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VI menunjukan hampir seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan kecuali pertanyaan 6.3.

Kelompok Pertanyaan VII

Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VII


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VII menunjukan seluruhnya di bawah nilai yang ditargetkan.

Kelompok Pertanyaan VIII
Apabila dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:

Pencapaian Nilai Kelompok Pertanyaan VIII


Dari grafik tersebut dapat diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan VIII di atas nilai yang ditargetkan.

Analisis Persepsi Peningkatan Dari Tahun Lalu
Analisis peningkatan di PT. NTI pada survey ini dilakukan untyuk mengetahui pendapat responden yang mengikuti survey di tahun lalu dan tahun ini. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Dari hasil penilaian untuk kelompok pertanyaan no 9, diketahui pencapaian nilai kelompok pertanyaan IX dari responden yang berjumlah 111 orang diperoleh nilai 70.05% dengan demikian di atas nilai yang ditargetkan. Oleh karena itu hal ini berarti responden menyetujui adanya perubahan di PT. NTI.

Masukan untuk Perbaikan dan Peningkatan
Dari hasil isian responden mengenai sarana atau fasilitas yang telah tersedia namun memerlukan perhatian, perbaikan dan/atau peningkatan, diperoleh gambaran sebagai berikut:

Fasilitas Yang Perlu Peningkatan
Dari tabel tersebut diketahui bahwa sebagian besar responden atau karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia memilih “Pembenahan Asuransi Kesehatan” sebagai fasilitas yang telah tersedia namun memerlukan perhatian, perbaikan dan/atau peningkatan. Mengenai Pembenahan Asuransi Kesehatan dipilih oleh 41 orang responden dengan nilai 96, lalu secara berturut-turut berikutnya adalah “Peningkatan Gaji/tunjangan” dipilih oleh 19 orang responden dengan nilai 44 dan penbenahan “Perlengkapan Kerja Termasuk Komputer” dipilih oleh 12 orang dengan nilai 24..

Sedangkan mengenai sarana atau fasilitas yang belum tersedia dan perlu disediakan, diperoleh gambaran sebagai berikut:

Fasilitas Yang Perlu Disediakan
Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden atau karyawan PT. NOCO NO TAIKO Indonesia memilih “Pinjaman Dari Perusahaan” sebagai fasilitas yang perlu disediakan. Mengenai Pinjaman Dari Perusahaan dipilih oleh 14 orang responden dengan nilai 34 lalu secara berturut-turut berikutnya adalah “Family Gathering” dipilih oleh 13 orang responden dengan nilai 30 dan penbenahan “Program Pensiun” dipilih oleh 11 orang dengan nilai 24.

Kamis, 08 Januari 2009

Mengukur Kinerja Keuangan dan Analsis Diskriminan

Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Dengan Metode Diskriminan

Oleh:

Mohamad Rojana Hamdan, ST., MM.
(The Operation)

Grade V

Bina Solusi
(Dipublikasikan Dengan Seijin PT. CHS Jakarta Timur)




Latar Belakang
Pada saat PT. CHS adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam beberapa bidang usaha antara lain, perdagangan dan konstruksi/instalasi. Pada bidang perdagangan, PT CHS menangani ekspor, impor, dan distribusi kebutuhan industri. Di bidang ini PT CHS melayani pengadaan kabel, panel, instrumen, dan bahan kimia.
Dengan adanya krisis ekonomi global, PT. CHS masih tetap bertahan walaupun masih agak sulit untuk dapat meraih penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya. Dengan demikian menurut manajemen PT. CHS hal ini mulai mengkhawatirkan. Pada kesempatan selanjutnya pihak PT. CHS menghubungi kami (Kantor Bina solusi) untuk mengkonsultasikan perihal pengukuran kinerja keuangan di perusahaan tersebut di saat terjadi krisis ekonomi Global. Satu hal diharapkan pihak manajemen PT. CHS adalah mengenai pengukuran kinerja yang menetapkan satu indikator penilaian dan ditentukan berdasarkan iklim yang ada saat ini di Indonesia.
Selanjutnya, dengan ketentuan tersebut kami menentukan metode analisis diskriminan sehingga perlu melibatkan sejumlah perusahaan sejenis yang dalam hal ini dipilih industri sejenis untuk wilayah JABODETABEK sebagai dasar penentuan model. Dan dengan bantuan pihak manajemen PT. CHS kami berhasil memperoleh data-data yang diperlukan.

Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perumusan masalah untuk PT. CHS pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
  1. Sejauh manakah kinerja keuangan yang telah dicapai PT. CHS pada saat ini?
  2. Faktor manakah yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PT. CHS dan industri sejenisnya di kawasan JABODETABEK?

Tujuan
Dengan merujuk permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui kinerja keuangan yang telah dicapai PT. CHS pada saat ini.
  2. Untuk mengetahui faktor yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja keuangan PT. CHS dan industri sejenisnya di kawasan JABODETABEK.

Metode Analisis
Landasan dari penelitian ini menggunakan analisis rasio keuangan yang terdiri atas rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Aktifitas. Ketiga jenis rasio tersebut akan di-implemantasikan dalam bentuk model linier. Lebih lanjut mengenai rasio-rasio yang terdapat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Rasio likuiditas (X1)
Rasio ini merupakan rasio ini mendeteksi likuiditas berdasarkan rasio total aktiva dan posisi modal kerja (X1) dimana modal kerja diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan dapat menggunakan indikator-indikator internal dan beberapa indikator lainnya. Indikator internal mencakup, ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, utilisasi modal (harta kekayaan) menurun, penambahan utang yang tak terkendali. Pada umumnya, perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan dan modal kerja nilai Z akan turun lebih cepat daripada total aktiva yang menyebabkan rasio ini turun.

Rasio Profitabilitas
Rasio ini dalam model disini ada dua, yaitu :
Rasio Profirabilitas I (X2)
Rasio Laba Ditahan dibandingkan dengan Total Aktiva (X2). Rasio ini mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan. Semakin muda umur perusahaan semakin sedikit memiliki waktu untuk membangun laba kumulatif. Perusahaan yang mulai merugi akan mengalami penurunan nilai Z dari total laba ditahan.
Rasio Profitabilitas II (X3)
Rasio Laba Sebelum Bunga dan Pajak dibandingkan dengan Total Aktiva (X3). Rasio ini mengukur kemampulabaan, yaitu menghitung tingkat pengembalian aktiva dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Selain itu, rasio ini berguna sebagai ukuran seberapa besar produktivitas penggunaan dana pinjaman. Apabila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, itu berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

Rasio Aktivitas
Rasio ini dalam penelitian ini ada dua yaitu:
Rasio Aktivitas I (X4)
Nilai Pasar Ekuitas dibandingkan dengan Total Hutang (X4). Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap utangnya melalui modalnya sendiri. Sering juga rasio ini digunakan dalam bentuk persamaan Net worth/total debt untuk perusahaan yang tidak terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio utang per modal sendiri (DER). Nilai pasar ekuitas yang dimaksud disini adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu perkalian jumlah saham perusahaan dengan harga pasar per lembar sahamnya. Perusahaan-perusahaan yang gagal, pada umumnya, mengakumulasikan lebih banyak utang dibandingkan dengan modal sendiri.
Rasio Aktivitas II (X5)
Penjualan dibandingkan dengan Total Aktiva (X5) atau Total Asset Turn Over Ratio. Rasio ini menunujukkan efektivitas penggunaan seluruh harta perusahaan dalam rangka menghasilkan atau menggambarkan berapa rupiah penjulan bersih yang dapat dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan dalam bentuk harta perusahaan. Kalau perputarannya lambat, itu menunjukkan bahwa perusahaan memiliki aktiva terlalu besar ketimbang kemampuan perusahaan untuk menjual.

Dalam bentuk model linier dapat dijabarkan sebagai berikut:

Z = b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5


Data
Berikut adalah data yang diperoleh dari objek penelitian dan akan digunakan sebagai dasar analisis

Tabel 1. Data Keuangan





Tabel 2. Rasio Keuangan Kelompok Industri Sejenis








Analisis Data
Dari analisis yang telah dilakukan dengan memanfaatkan SPSS Ver. 15 diperoleh hasil model Z-Sebagai berikut:

Z=Y+2.444
Z= 1.571X2+7.736X3+0.199X4+0.856X5


Pada model tersebut terlihat rasio X1 tidak nampak pada model. Hal ini terjadi karena berdasarkan output dari SPSS rasio X1 dinyatakan tidak layak digunakan sebagai pembeda (discriminant). Sehingga pada model tidak dilibatkan rasio likuiditas, dengan demikian yang ada pada model adalah Rasio Profitabilitas dan Aktifitas.

Interpretasi
Untuk menentukan nilai Cut Off dari model Z dilakukan dengan menentukan nilai median. Sedangkan untuk menentukan batas-batas kriteria, hal ini dilakukan dengan mengukur penyimpangan maksimal yang terjadi antara nilai sampel dengan nilai Z. Berikut adalah hasil dari penentuan nilai Cut Off dan nilai batas-batas kriteria tersebut.

Tabel 3. Hasil Perhitungan Dalam Menentukan Fungsi Linier Model Diskriminan


Dari tabel di atas diketahui bahwa dari perhitungan nilai median didapat nilai median sebesar 5,256, dengan demikian dapat ditentukan nilai cutt off adalah 5,256. Selanjutnya juga dapat diketahui nilai penyimpangan terbesar adalah sebesar 0.250 (26.56%). Dari hasil perhitungan diperoleh Upper limit adalah 5,505, sedangkan untuk Lower limit adalah 5,006

Selanjutnya dapat ditentukan batasan dengan kriteria-kriteria sebagai berikut:

Jika nilai Z lebih kecil dari 5.006 maka perusahaan dikatagorikan mempunyai kinerja keuangan belum baik. Dan jika nilai Z lebih besar dari 5,505, maka perusahaan dapat dikatagorikan mempunyai kinerja keuangan yang sudah baik.
Pada tabel 3 diketahui dan diprediksikan bahwa kinerja keuangan PT. CHS mempunyai Zhitung dan Zmodel. Zmodel dari PT. CHS diketahui juga karena PT. CHS pun merupakan sampel dari analisis. Namun pada dasarnya Z-Score yang digunakan adalah Zhitung karena yang akan digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan pada umumnya adalah Zhitung. Selanjutnya berdasarkan model yang didapat diketahui Z-Score­ (4,862) artinya selama tahun-tahun terakhir kriteria kinerja keuangan PT. CHS adalah tidak lebih baik jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya pada kelompok industri yang sama. Adapun titik dari PT. CHS dapat diketahui sebagai berikut:
Tabel 4. Hasil Perhitungan Dalam Menentukan Fungsi Linier Model Diskriminan


Rekomendasi
Dari seluruh analisis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa yang pertama kali diperoleh adalah model Z-Score seperti di bawah ini.

Z= 1.571X2+7.736X3+0.199X4+0.856X5

Pada model terlihat rasio yang mempunyai koefisien tertinggi adalah adalah rasio EBIT terhadap total asset (X3) dengan demikian untuk meningkatkan kinerja keuangan yang paling penting diperhatikan adalah upaya untuk meningkatkan EBIT. Sedangkan yang terjadi pada PT. CHS adalah kriteria kinerja keuangan yang dinilai tidak lebih baik dari perusahaan sejenis lainnya. Sebagai faktor penyebab adalah rendahnya tingkat penjualan dibandingkan perusahaan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA


Altmant, E., (1968), Financial Ratios, Discriminant Analysis And The Prediction Of Corporate Bankruptcy, Journal Of Finance, Sepetember, pp.589-610.
Boddie, ZVI., Kane, Alex., Marcus, Alan J., (1998), “Investments”, International Edition, Irwin McGraw Hill.
Sawir, Agnes., (2001), “Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Muliaman D Hadad, Wimboh Santoso & Ita Rulina, (2003), Indikator Kepailitan di Indonesia: An Additional Early Warning Tools Pada Stabilitas Sistem Keuangan, BI Jurnal, pp. 2-33.


Senin, 05 Januari 2009

Pelatihan Mengukur Indeks Kepuasan Karyawan/Pelanggan, Serta Pelatihan Aplikasi Software Statistika (SPSS/Eviews)


Kami menawarkan jasa kami untuk mengadakan pelatihan dalam bentuk in house training yang berkaitan dengan survey kepuasan karyawan dan konsumen berikut cara menentukan indeks kepuasan dan faktor-faktor yang perlu diperhatikan guna menciptakan keseimbangan antara harapan pihak manajemen dan karyawan atau konsumen. Selain pelatihan untuk mengukur kepuasan karyawan dan pelanggan, kami pun menawarkan pelatihan agar staff mampu menggunakan software statistika, yaitu SPSS/Eviews.

Recent Viewers