Cari...


Minggu, 10 Mei 2009

“Konsep Analisis Kesehatan Finansial”

Oleh:
Roy Hamdan, ST., MM.


Sama halnya seperti manusia, kesehatan finansial bagi perusahaan pun sesuatu yang sangat penting untuk dijaga. Manusia yang sehat mampu melakukan segala aktifitas dalam kehidupannya dengan lebih baik sehingga hasil yang dicapai pun akan lebih baik pula. Demikian pula dengan finansial perusahaan yang dapat dinilai sehat jika asset perusahaan ditempatkan secara optimal untuk mencapai tujuan perusahaan yang lebih maksimal, yaitu menghasilkan profit dan mampu terus mempertahankan kelangsungan usahanya.


Secara mudah, perusahaan yang dinilai sehat adalah perusahaan yang mampu melakukan aktifitas usaha, mampu memenuhi kewajiban dan mampu menghasilkan keuntungan. Dalam hal ini ada beberapa metode yang dapat dipilih untuk menilai kesehatan finansial perusahaan, diantaranya adalah analisis rasio-rasio keuangan, analisis statistik kualitatif maupun kuantitatif dan masih ada beberapa metode lainnya.

Dari sekian banyak metode kami telah menguji dan membuktikan akurasi suatu metode analisis kesehatan finansial yang dapat dinilai lebih baik untuk diterapkan atau digunakan, yaitu analisis multivariat yang dikombinasikan dengan analisis diskriminan. Lebih lanjut mengenai metode ini adalah metode yang dinamis sejalan dengan perkembangan dan kondisi yang terjadi.


Hal-hal yang patut dipahami agar dapat memanfaatkan model diskriminat secara akurat antara lain:
1.Memahami konsep pengukuran kesehatan finansial perusahaan.
2.Dapat menentukan faktor-faktor yang berpengaruh pada kesehatan finansial perusahaan.
3.Dapat menentukan kualifikasi kesehatan finansial perusahaan.
4.Dapat menyusun model matematik untuk menentukan kesehatan finansial perusahaan.
5.Dapat menentukan titik-titik kelemahan perusahaan berdasarkan kualifikasi kesehatan finansial yang telah dicapai oleh perusahaan.
6.Dapat menentukan tingkat kesehatan finansial perusahaan.
7.Dapat menentukan rekomendasi kebijakan untuk melakukan pembenahan.

Minggu, 03 Mei 2009

Meningkatkan Kinerja dan Efisiensi Dengan Metode Balancing


Oleh:

Mohamad Rojana Hamdan, ST., MM.
(The Operation)
Grade V

BS Consulting

Latar Belakang
Sebuah perusahaan dalam melakukan aktifitas produksi maupun aktifitas usaha secara keseluruhan, umumnya tidak terlepas dari interaksi antar departemen atau bagian-bagian yang ada di dalamnya. Pada setiap departemen akan dihasilkan output dengan standar spesifikasi tertentu. Untuk menghasilkan output dengan spesifikasi yang diharapkan terjadi proses produksi ada yang dilakukan dalam rangkaian kegiatan produksi secara berseri maupun paralel. Namun dalam hal ini yang penting untuk diperhatikan adalah apakah untuk menghasilkan ouput tersebut memenuhi standar waktu atau standar efisiensi yang ditentukan atau tidak. Dan apakah sering terjadi keadaan dimana satu proses produksi di satu departemen terhambat akibat menunggu supply dari departemen atau bagian sebelumnya. Jika memang terjadi seperti itu, hal ini menunjukan adanya proses yang tidak balance antara proses di departemen yang satu dengan departemen lainnya, baik secara waktu maupun secara efisiensi.

Perlu diketahui bahwa akibat dari proses antar departemen yang tidak balance dapat mengakibatkan menurunnya efisiensi sehingga terjadi pemborosan secara finansial yang merugikan. Pada rangkaian produksi dengan proses antara yang satu dengan yang lain tidak balance, mengakibatkan efesiensi akan lebih rendah ketimbang proses yang balance. Mengapa demikian ???, karena rugi-rugi atau tingkat ketidak mulusan proses produksi menjadi lebih tinggi ketimbang proses produksi yang balannce. Bagaimana mengetahuinya??? Sudah pasti dengan melakukan pengukuran waktu proses atau efisiensi pada masing-masing departemen.

Pengukuran Waktu Peroses
Untuk memahami bagaimana melakukan analisis balance atau tidaknya suatu rangkaian proses produksi perlu dilakukan pengumpulan data terlebih dahulu. Dalam hal ini pengumpulan data dilakukan pada suatu line produksi dari perusahaan manufaktur yang berlokasi di daerah Cibitung tepatnya di Kawasan Industri MM2100. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

Tabel di atas menunjukan besarnya effisiensi (jumlah produksi/jam kerja)yang dihitung dari jumlah produksi yang dihasilkan dibagi lamanya kerja satu sihft (8 jam) yang dikonversikan dalam satuan detik. Dari tabel tersebut kolom kenyataan menunjukan kondisi nyata yang terjadi saat dilakukan pengambilan data. Kolom opsi I menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun mulai dari proses yang paling singkat hingga yang paling lama. Kolom opsi II menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun mulai dari proses yang paling lama hingga yang paling singkat. Dan kolom opsi III menunjukan simulasi data jika efisiensi untuk tiap-tiap work station disusun sedemikian hingga masing-masing proses mendekati waktu proses rata-ratanya (melalui proses balancing). Jika disajikan dalam bentuk grafik akan terlihat sebagai berikut:


Derdasarkan data-data tersebut kemudian dilakukan perhitungan indeks kemulusan atau pun indeks hambatan dengan rumus indeka kemulusan sebagai berikut:

SI = Akar(Sigma(CT-WT)2)

Dan setelah dilakukan perhitungan diperoleh hasil sebagai berikut:



Pada komposisi data pada kondisi aktual, opsi I (data tersusun meningkat) dan opsi II (data tersusun menurun) diperoleh hasil yang sama, yaitu indeks hambatan sebesar 8.02% atau indeks kemulusan sebesar 91.98%. Sedangkan untuk opsi III (hasil dari proses balancing) dengan komposisi data yang tersusun mendekati rata-rata waktu prosesnya (CT) diperoleh indeks hambatan sebesar 2.83% atau indeks kemulusan sebesar 97.17%.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika semakin banyak station kerja yang waktu prosesnya menyimpang dari waktu acuannya (rata-rata proses) dan penyimpangan ini semakin besar akan mengakibatkan faktor hambatan meningkat dan/atau indeks kemulusan menurun, sebaliknya jika telah dilakukan balancing, sehingga semakin sedikit station kerja yang waktu prosesnya menyimpang dari waktu acuannya (rata-rata proses) dan penyimpangan ini semakin kecil akan mengakibatkan faktor hambatan menurun dan/atau indeks kemulusan meningkat. Perlu diketahui juga bahwa dengan meningkatnya indeks kemulusan dikatakan efisiensi pun cenderung meningkat. Lebih jauh lagi, hal ini pun berarti potensi untuk meningkatkan keuntungan secara finansial menjadi lebih baik.

Tinjauan berikutnya adalah dari sudut pandang kapasitas. Sebelumnya kapasitas pada kondisi aktual, opsi I dan opsi II adalah sebesar 1800 unit per hari. Dan seandainya pihak manajemen mampu merubah komposisi waktu proses atau balancing hingga seperti pada komposisi opsi III, maka akan diperoleh peningkatan kapasitas dari 1800 unit/hari manjadi 2057 unit/hari atau meningkat 14.3%.

Implikasi selanjutnya adalah penghematan jumlah station kerja atau tenaga kerja. Jika sebelumnya untuk menghasilkan 1800 unit per hari diperlukan 12 station kerja atau tenaga kerja, maka dengan komposisi seperti opsi III untuk menghasilkan 1800 cukup dengan 10 atau 11 staion kerja. Jika dihitung secara finansial maka penghematan yang dapat dilakukan adalah berkurang sekitar 2 station kerja dan 2 tenaga kerja.
Reduction Cost dalam setahun = ((2x(MaintenanceCost bulanan))+(2x(upah)))x12

Contoh:
- Jika mantenace cost = Rp 200.000/bulan
- Jika upah Rp 900.000/bulan.

Maka penghematan secara finansial adalah:

Reduction Cost setahun = ((2x(200.000))+(2x(900.000)))x12
Reduction Cost setahun = (400.000+1.800.000)x12
Reduction Cost setahun = (2.200.000x12) = Rp 26.400.000,00

Kesimpulan:
1. Semakin cepat waktu proses tidak berarti semakin baik. Dalam hal ini yang diperlukan adalah waktu proses yang berjalan secara singkron antar satu dengan yang lain.
2. Efisiensi akan meningkat jika perbedaan waktu proses untuk tiap-tiap station kerja dengan waktu rata-rata proses untuk secara keseluruhan semakin kecil.
3. Upaya mengupayakan agar seluruh rangkaian proses dari setiap station kerja mempunyai penyimpangan yang minimal dari waktu rata-rata proses disebut “Balancing”.


Recent Viewers